Tuesday, 11 June 2013

Indralaya Perjuangan Jalan Menuju Ilmu



            Pelajar sebagai aset negara, lihat perlakuan berbagai negara dalam memfasilitasi para pelajarnya mulai dari biaya, sarana dan prasarana. Pengalaman sebagai mahasiswa Unsri. Pagi masih berbudaya dengan perebutan bus kuning sepagi mungkin, jarak kampus dari Palembang-inderalaya 32 KM memang biasanya selama 45-60 menit saja untuk bisa sampai di sana pada tahun 2008 dan sejak itu juga terjadi pelebaran jalan secara bertahap. Maka setelah SEA GAMES di Palembang sebagai tuan rumah semakin padat jalan dan entah sejak kapan batu bara mulai masuk pelan tapi pasti secara konvoi, tentu ini menggangu pengguna jalan khususnya mahasiswa yang sebagai konsumen tetap di hari kuliah yang merasa terganggu bahkan karena padatnya pengguna jalan untuk mencapai kampus butuh waktu 2 jam yang menjadi hal rumlah jika berangkat sejak jam 8. Hal tersebut yang mengakibatkan jalanan rusak dan rasa-rasanya setiap hari macet dan ada saja perbaikan jalan tanpa henti. Untuk memudah kan jalan terkadang sopir memotong jalan yang belum di apsal (program pelebaran yang belum selesai tersebut).       
        Hal seperti ini yang menyebabkan debu dan kami merasakan bagaimana jalan dengan track off road naik turun hingga melewati pinggir jalan yang bertetangga dengan rawa. Ya, mobil dengan sopir nekat menjadi pilihan favorit mahasiswa untuk mengejar waktu baik pergi maupun pulang kuliah, rasa-rasanya ingin cepat sampai.
  • Macet parah ialah ketika wisuda ke- tahun 2007, bahkan rektor harus naik kereta api dan para wisuda yang lazim berangkat jam 6 sampai ke TKP rata-rata jam 11.30
  • Ketika kuliah mobil sampai ke TKP pukul 13.00 jadi satu mobil fakultas yang isinya TU-dosen-mahasiswa memutuskan pulang dengan mobil yang sama tanpa turun dari mobil. Jadi hanya lewat saj. Seluruh waktu seharian saja hanya dihabiskan dalam mobil karena macet. Rasa-rasanya lebih baik datang kuliah tapi dosen tak datang dari pada hanya kejebak di mobil yang di samping kiri dan kana disugguhkan pemandangan rawa sepanjang perjalanan. membosankan dalam mobil bahkan ketika tidur dan bangun lagi masih belum sampai tujuan, sampai-sampai tidur menjadi aktivitas yang membosankan.
       Kampus dangan segala elemen menjadi tempat vital dan produktif dalam melaksanakan kegiatan, macet memberikan kerugian yang nyata besar. Sebagai aset negara, mahasiswa mengalami kerugian dalam segi nyawa dan kesehatan, karena debu menjadi makanan sehari-hari, ketika telat sampai di kampus, para mahasiswa tak bisa merasakan hak untuk mendapatkan kuliah dengan jam normal. Terpaksa dengan kondisi kuliah yang dicepatkan dan lain-lain. Jika dulu (tahun 2008) jam 8 menjadi jam rasional untuk mulai kuliah, sekarang jam 9 menjadi jam rasional kuliah, sementara jam pulang tetap dengan jam 3, artinya mahasiswa mengalamai kerugian 1 jam untuk haknya belajar, belum lagi ketika khawatir macet karena dosen juga harus kejar waktu mengajar kampus Unsri di Bukit Palembang. Tidak  tanggung-tanggung waktu istirahat di ambil untuk kuliah, bagaimana mau konsentrasi seharian secara estafet kuliah bergiliran tanpa istirahat.

melewati pinggir jalan utama
di terminal bus unsri indralaya

          Sejak adanya pelebaran jalan, Sea Games, bahkan batu bara yang bebas berlenggang di jalan Inderalaya, maka semakin macet jalan Inderalaya yang konon telah menjadi jalan negara itu. Sudah menjadi makanan sehari-hari khususnya mahasiswa (pelanggan setia jalan Palembang-Inderalaya-Palembang) debu, dan off road, mobil hampir terbalik, naik-turun di lintasan eksterem, bahkan rela melewati pinggir jalan yang berbatasan dengan rawa (nekat). Karena  sopir mengejar setoran dan ditambah mahasiswa sangat menyukai menembus jalan (menerobos macet) demi hadir on time/secepatnya di kampus inderalaya.
             Bagi yang ingin ke inderalaya ada berbagai macam pilihan kendaraan dari Palembang-Inderalaya antara lain:
  • Mobil bus kuning/unsri: mangkal di terminal unsri bukit dekat kantin pantai. antri cuy, kalau mahasiswa menjelang jam 10 sudah mulai sepi karena sekarang ada alternatif transmusi dengan kapasitas yang lebih banyak
  • Mobil bus hijau/pasar: mangkal di cinde/bawah jembatan dekat masjid agung/pangkal/depan terminal KA Kertapati. Jujur kalau sudah lewat jam 10 akan ngatri lama kecuali Senin-Rabu, karena masih banyak mahasiswa yang ke kampus. Bila isi penumpang kebanyakan sipil (non mahasiswa) dibandingkan mahasiswa bisa jadi harga penumpang di cas sama dengan harga sipil. maka disarankan pergi tidak lebih dari jam 10 atau naik dari cinde/pangkal saja. Untuk harga sipil IDR 6.000-7.000, mahasiswa harga bus IDR 5.000
  • Transmusi: untuk transportasi ini adalah alternatif teranyar. Memang transportasi berfasilitas nyaman+AC. Cara membayarnya dengan menggunakan card transmusi yang dapat diisi ulang seperti saldo pulsa.
  • Kereta Seruni: khusus melayani Palembang-Inderalaya. mangkal di terminal KA Kertapati beroperasi hanya 2 sesi waktu yaitu jam 8 dan jam 10 untuk berangkat menuju Inderalaya. Melayani kepulangan hanya pada jam 2 saja. Memang ini salah satu alternatif yang di nanti, namun jarak dari terminal Inderalaya yang tidak masuk kampus lumayan menyiksa, karena bila ingin masuk ke kampus mau tidak mau harus naik anggkot dan merogoh kantong lagi sebesar IDR 1.500. hmm... kurang efektif. karena bila mau jalan kaki lumayan jauh, bus kampus yang disediakan untuk mengantar dari terminal KA ke  kampus hanya dapat melayani mungkin 45% penumpang kereta Seruni. Kereta ini bisa dinikmati mahasiswa dan sipil.
mobil bus kuning Unsri yang rata-rata sudah tidak prima lagi
       Kalau mau naik bus kuning/hijau musti ada persiapan seperti masker, kipas, tisu, serta air mineral untuk menghadapi serangan debu, macet, sengatan matahari, dan haus karena lama di perjalanan. BBM sekarang naik harga angkutan tentu juga naik, jika dulu harga bus kuning/hijau (Rp.5000), transmusi (Rp.7000), kereta (Rp.3000), serta angkutan kuning untuk mobilisasi di dalam kampus (Rp. 1500).

0 comments:

Post a Comment

 
;