Saturday 16 August 2014 0 comments

Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur?-Ayah Edy-Jakarta:Kompas Gramedia


            Buku ini membahas 37 sikap orang tua yang lazim terjadi dalam menghadapi perilaku anak-anaknya. Entah budaya atau warisan perilaku, saya rasa para orang tua mencontoh perilaku demikian dari hasil pengalaman yang ia dapatkan pada orang-orang sekitar, baik sebagai pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain. Ada baiknya untuk membentuk generasi tangguh, para orang tua dan calon orang tua mencermati buku ini, bisa saja kebiasaan yang sebenarnya kita anggap wajar dan baik ternyata belum tentu baik bagi perkembangan dan proses pendewasaan sikap bagi anak-anak kita dikemudian hari. Buku ini tidak hanya membahas kebiasaan buruk saja namun mambantu kita dalam bersikap yang seharusnya dalam menghadapi kondisi anak yang berubah-ubah agar kita tidak menobatkan atau menciptakan si 'raja kecil yang lalim'. Anda bisa bayangkan itu. Berikut ke-37 kebiasaan yang disebut di dalam buku ini:
  1. Raja yang tak pernah salah
  2. Berbohong kecil dan sering
  3. Banyak mengancam
  4. Bicara tidak tepat sasaran
  5. Menekankan pada hal-hal yang salah
  6. Merendahkan diri sendiri
  7. Papa dan mama tidak kompak
  8. Campur tangan kakek, nenek, tante, atau pihak lain
  9. Menakuti anak
  10. Ucapan dan tindakan tidak sesuai
  11. Hadiah untuk perilaku buruk anak
  12. Merasa salah karena tidak bisa memberikan yang terbaik
  13. Mudah menyerah dan pasrah
  14. Marah yang berlebihan
  15. Gengsi untuk menyapa
  16. Memaklumi yang tidak pada tempatnya
  17. Penggunaan istilah yang tidak jelas maksudnya
  18. Mengharap perubahan instan
  19. Pendengar yang buruk
  20. Selalu menuruti permintaan anak
  21. Terlalu banyak larangan
  22. Terlalu cepat menyimpulkan
  23. Mengungkit kesalahan masa lalu
  24. Suka membandingkan
  25. Paling benar dan paling tahu
  26. Saling melempar tanggung jawab
  27. Kakak harus selalu mengalah
  28. Menghukum secara fisik
  29. Menunda atau membatalkan hukuman
  30. Terpancing emosi
  31. Menghukum anak saat kita marah
  32. Mengejek
  33. Menyindir
  34. Memberi julukan yang buruk
  35. Mengumpan anak yang rewel
  36. Televisi sebagai agen pendidikan anak
  37. Mengajari anak untuk membalas
"Anak kita adalah anak manusia yang dirancang oleh Penciptanya untuk bisa diatur dengan kata-kata. Bila kata-kata kita sudah tidak lagi didengar oleh anak, koreksilah segera diri kita; pasti ada yang salah dengan kebiasaan kita hingga anak tidak lagi menurut...Hukuman pukulan lebih cocok kepada binatang daripada manusia. Gunakanlah media dialog, pujian, dan kelembutan."
(Ayah Edy)
Friday 1 August 2014 0 comments

Pernikahan dan Membentuk Generasi Rabbani

            1 Agustus 2014 bertepatan dengan hari Jumat, 5 Syawal 2014, saya menghadiri undangan pernikahan dari keluarga. Ini adalah hari dan bulan yang baik melaksanakan pernikahan. sungguh tiap bulan dan hari adalah baik namun di antara bulan dan hari baik itu ada bulan dan hari yang istimewa. Syawal menajid bulan yang istimewa baik dalam beribadah yaitu satu diantaranya ialah melakukan pernikahan karena Rasulullah saw. menikahi para isterinya di bulan syawal. Barakallah bagi saudaraku yang mampu melaksanakan pernikahan di waktu yang istimewa tersebut.
                  Dari sebuah pernikahan diharapkan melahirkan generasi Islam yang berkualitas, berikut sabda Rasulullah saw:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan."
"Setiap sesuatu yang tidak termasuk mengingat Allah, ia merupakan permainan yang sia-sia kecuali empat hal ; seorang lelaki berjalan di antara dua tujuan (untuk memanah), melatih berkuda, bermesraan dengan keluarga, dan mengajarinya berenang".(Hadis Riwayat At-Thabrani)

                 Membentuk generasi Rabbani sudah diulas oleh Imam Syafi'i dan sudah banyak referensi yang memudahkan kita untuk memahaminya, tentunya membentuk generasi Rabbani menjadi cita-cita tiap keluarga. Setiap keluarga mengharapkan generasi yang soleh dan soleha, sudahkan kita memikirkan dan merancang visi dan misi generasi harap kita, harapan agama, dan dunia? Bukan sekedar megharapkan anak menjadi dokter, bisnisman atau profesi apapun. Namun hal yang lebih mendasar ialah, ingin kita masuki program dan menanam kepribadian yang bagaimanakah kepada generasi kita selanjutnya?
           Saya bantu ilustrasikan kita bisaambil contoh bagaimana Rasulullah saw. kecil dididik dan mendapatkan gelar Al Amin di usia mudanya, Imam Syafi'i yang mampu berfatwa di usia remajanya, ataupun tokoh pahlawan Islam lainnya seperti Muhammad Al Fatih raja yang telah dipersiapkan sejak kecil dengan kemampuan menguasai 7 bahasa. Generasi seperti itulah yang kita harapkan, usia muda yang mampu memikirkan umat (rakyat). Harusnya hal tersebut menjadi targetan tiap keluarga, generasi yang dilahirkan menjadi generasi yang memimpin dan di  usia mudanya mampu memikirkan kepentingan umum (rakyat).

"Ambilah contoh pribadi tokoh-tokoh yang sukses, lalu masukkan kepribadian baik mereka kedalam pribadi kita, tirulah hingga menjadi pribadi kita"

                     Kita ambil 3 contoh pribadi di atas untuk kemudian menjadi harapan dan cita-cita kita terhadap generasi kita selanjutnya, anak-anak soleh dan  soleha yang lahir dari sebuah keluarga. Mendidik anak menjadi pribadi yang diharapkan artinya kita mendidik diri sendiri terlebih dahulu. Mari kita mulai menanamkan program generasi harapan, diantaranya:
  1. Penghafal Qur'an, anak sejak dini mulai didekatkan dengan Al-Quran. sudah ada lembaga yang mempersiapkan  anak sejak umur 3 tahun untuk bisa menghafal quran, dangen demikkian ketika memasuki usia sekolah anak telah hafal quran. Anak harus mendapatkan ilmu Agama terlebih dahulu sebelum memberikan ilmu lainnya, sehingga anak memiliki imunitas terhadap hal-hal yang menyimpang dari syari'at. Sehingga anak akan mampu menyerap segala ilmu pengetahuan tanpa harus terkotori fikirannya dengan hal-hal yang menjauhkannya dari agama. Hal ini bisa kita lihat biografi kenapa para ibunda Imam Syafa'i dan Ibnu Sina menyerahkan pendidikan pertama anaknya kepada ulama.
  2. Jujur dan bertanggung jawab, inilah modal hidup yang dicari dunia dan berlaku sepanjang masa. Jujur selalu berdampingan dengan tanggung jawab terhadap niat, perkataan, dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya tentunya dengan tujuan agar hidup selamat dunia dan akhirat
  3. Menguasai bahasa Arab, Inggris, dan Mandarin, dengan menguasai bahasa, anak mampu membuka cakrawala ilmu melalui buku lintas bahasa dunia dan mampu menyuarakan fikirannya dengan tepat.
  4. Dilengkapi dengan skill berenang, berkendaraan, dan ilmu pertahan sederhana karena di dalamnya anak belajar menjadi pemimpin dan hidup mandiri.
         Hal tersebut merupakan contoh yang saya sampaikan, intinya kita punya visi melahirkan generasi dan membentuknya menjadi karakter yang dirindukan dan menyejukkan. Masih ada banyak lagi karakter muslim sejati yang bisa kita ambil contoh seperti para Nabi dan Rasul, 10 sahabat yang dijamin masuk surga dan lainnya. Wallahu'alam
 
;