Wasiat adalah pesan tentang suatu kebaikan yang akan dilaksanakan setelah orang yang berwasiat itu meninggal dunia. Tidak harus menjadi tua
dan sakit-sakitan kita membuat wasiat. Kisah Umar Bin Abdul Aziz yang
menginginkan kematian diusia belianya dengan tingkat pemikiran yang jauh
melebihi usianya sendiri. Umar dikenal sebagai anak yang sholeh dan suka
menangis. Suatu hari sang ibu mendapatinya di kamar sedang menangis
tersedu-sedu. “Wahai ananda, apa gerangan yang terjadi hingga engkau menangis
seperti itu?” tanya ibundanya. Dengan tenang Umar menjawab, “aku hanya ingat
mati wahai ibundaku”. Demikianlah sosok Umar bin Abdul Aziz di masa kecilnya.
Penuh semangat dalam belajar, gemar duduk bersama ulama, dan tidak menggunakan
waktu luang kecuali untuk mengahafal Al-Qur’an atau mengulang-ulang pelajaran. Dengandemikian belianya usia Umar Bin Abdul Aziz, membuat saya berpikir ulang dan malu kenapa baru sekarang terpikir untuk hal multlak yang akan terjadi, yaitu kematian.
Dalam menghadapi kematian, saya mencoba menyiapkan satu buah
buku yang isinya, pada lembar pertama buat surat pernyataan yang ditandatangani
diatas materai 6000 kepada ahli waris, walau secara hukum dengan sendirinya
akan berlaku hukum waris tersebut dan hukum waris Islam berlaku bagi muslim di Indonesia. Mari kita bagi buku Wasiat
menjadi per BAB, antara lain:
- BAB Keuangan, berisikan rekening, tabungan, simpanan, serta catatan hutang yang dipinjam lengkap dengan nama, tanggal serta nominal yang terhutang.
- BAB Pinjaman, berupa barang (biasanya buku) dengan spesifik dan tanggal serta pemilik barang tersebut.
- BAB Janji yang belum ditepati, berupa materi dan non materi jasa/barang/file-file yang menjadi tanggung jawab yang seharusnya diselesaikan. Maka setidak-tidaknya kita menyiapkan catatan lengkap dengan tempat penyimpanan yang dapat diambil (misal file disiapkan dalam folder/flash disk khusus) sehingga pekerjaan yang tertunda oleh kita langsung dapat diteruskan saja/mengurangi beban dari pewaris tugas.
Mengahadapi tiap detik kehidupan meuju kematian, ini
salah satu ikhtiar menghindari diri mendzolimi saudara yang terlanjur
berinteraksi dengan diri ini. Kita tak tahu batas waktu hidup ini. Saya
berusaha merencanakan apa yang harus dilakukan terhadap orang-orang disekitarku,
maka terhadap:
- Terhadap ortu, tidak melewatkan satu hari pun bilang sayang dan cinta kepada kedua orang tua kita dan mencium tangan mereka dengan harapan semoga mereka memaafkan segala salah dan khilaf seorang anak yang selalu menyusahkan mereka. Sembari terus berbakti (untuk mengetahui caranya bisa di baca THE GREAT POWER OF MOTHER- Inspirasi Dahsyat Dunia Akhirat)
- Terhadap Adik, juga selalu berusaha menyayangi mereka
- Terhadap Orang-orang yang ditemui sebisa mungkin berpisah dalam keadaan baik dan salam. berusaha untuk tidak bermuka masam.
“Jaga hati jangan berburuk sangka, jaga sikap jangan membuat orang lain
berburuk sangka” (Aagmy)
Itulah serangkaian SOP yang berusaha saya buat dan
laksanakan terhadap setiap kali berintraksi/bersosial dengan manusia lainnya. Jika disimpulkan, isi wasiat ini lebih banyak hutang, harus intropeksi diri.
0 comments:
Post a Comment