Tuesday 6 August 2013

Menulis dengan cara


            Menulis itu hal yang gampang-gampang susah. Yang membuatnya gampang/mudah adalah saat ini tersedia berbagai saranan tak serumit mesin tik yang menggunakan 11 jari. Bisa di publish secara umum melalui media yang ada diinternet, semua bisa membacanya. Tak musti harus mencetak buku atau berkompetisi mengirimkan tulisan ke media cetak lainnya. Tentunya bagi mereka tulisannya yang di muat di media cetak memiliki nilai lebih karena mengalami proses editorial yang teliti serta isi yang baik sehingga layak untuk di publis di media cetak tsb.
              Yang membuat tulisan itu menjadi sulit ialah ketika kita menulis dengan serius dibutuhkan waktu dan pemahaman yang matang, dengan berbagai referensi sehingga tida menjadikan tulisan itu membosankan untuk dibaca. Isinya penuh dengan khasanah ilmu yang membuat pembaca tak henti-hentinya memuasakan dahaga ilmu dari tulisan itu.
       Berawal dari surat hingga up date status di media sosial. Menjadikan kita mudah dalam mengembangkan daya nalar, seni, dan kemampuan menulis. Tak sekedar curcol  (curhat kecolongan) atau kicauan yang tanpa makna. Menulis menjadikan pembaca bertambah khasanah ilmu dan minimal tercerahkan bahkan terilhami dari tulisan yang tentunya hasil pemikiran dan pengalaman hidup sang penulis.
            Tulisan itu abadi tak lekang oleh waktu. Dan penulisnya pun akan meraih kemuliaan atas tulisannya yang bermanfaat tersebut. Kita lihat Abu Hurairah yang sangat mengagumi Rasulullah saw, mendampingi hampir setiap aktifitasnya. Tak mau kehilangan ilmu dari Rasulullah saw, ia selalu mencatat semua apa-apa yang keluar dari ucapan Rasullullah saw persis dengan waktu dan alasan kejadian yang melatarbelakanginya. Dan ia, Abu Hurairah terkenal sebagai perawi hadis terbanyak dari kalangan sahabat dan hasan/terpercaya ke sahihannya. Ya, berawal mencatat saja, bahkan Al-Qur'an yang kita miliki sekarang adalah hasil catatan dari para penulis yang berasal dari para hafiz dengan sekelumit metode hingga menghasilkan mushaf Al-Qur'an yang tak berubah sedikitpun dari apa yang dihafal oleh Rasulullah saw. hingga yang kita pegang sekarang.
           Adapun para penterjemah dari masa Khalifah Harun Al-Rasyid, dimana semua bidang ilmu yang bersumber dari luar negeri atas perintah sang Amirul Mukmini itu untuk diterjemahkan dan kemudian dibuka untuk umum perpustakaan bagi mereka yang ingin mempelajari ilmu tersebut, dan di masa itu lahirlah para ilmuan muslim yang terkenal seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dll. Menulis dengan cara menterjemahkan kitab aslinya.
            Para ilmuan dan sastrawan, mereka menulis berdasarkan hasil pemikiran dan khasanah pengetahuan serta pengalaman hingga menghasilkan karya yang orisil, inilah letak sulitnya menulis dan penghargaan tertinggi bagi penulis itu sendiri.
           Menulislah, ia mengasah cita rasa kita. tak ada yang sia-sia dari menulis. Dengan menulis kita akan memahami diri kita sendiri serta sebagai sarana mengukur daya beserta kelemahan yang ada. Menulis dengan gaya mencatat, menterjemahkan, atau bahkan menciptakan karya orisinil sendiri, itu semua adalah sah-sah saja.

0 comments:

Post a Comment

 
;