Atau
yang lebih dikenal dengan nama Ummu Syuraik al Quraysyiyah adalah
seorang wanita dari Quraisy, dari bani Amir bin Lu’ai dan ia pernah menjadi
istri Abu al-Akr ad-Dausi. Ia merupakan kabilah Ghathafan yang sangat disegani
oleh bangsa arab kala itu. Ummu Syuraik dikenal karena kegigihannya dalam
berdakwah menyebarkan Agama Tauhid yakni Islam.
Tantangan Di Medan Perang
Wanita ini mempunyai
andil besar dalam dakwah, terutama pada awal masa kemunculannya. Kecintaan dan
keimanan yang membaja membuat Ummu Syuraik membaktikan hidupnya untuk
mengibarkan panji-panji Islam. Keadaan dirinya yang hanya seorang perempuan
tidak membuatnya terkungkung dan terhalang dalam dakwah, bahkan hal itu menjadi
keuntungan baginya.
Dalam kesehariannya
yang selalu bergaul, bertemu atau sengaja mengunjungi teman-teman wanitanya ke
rumah mereka, diam-diam ia menyelipkan misi dakwahnya dengan halus. Ia mengajak
wanita-wanita Quraisy untuk masuk Islam.
Ummu Syuraik
menjalankan dakwahnya penuh semangat tanpa mengenal lelah, meski nanti akan
mendapatkan resiko yang sangat besar, terutama dari pemuka-pemuka Quraisy yang
sangat anti terhadap dakwah Islam. Namun, apapun yang dia hadapi, ia rela
mempertaruhkan nyawa dan semua yang ia miliki demi dakwah dan kebenaran.
Ancaman siksaan dan intimiasi terhadap keselamatan jiwa dan harta tak membuat
Ummu Syuraik mundur dari medan dakwah. Baginya, iman bukanlah sekadar kalimat
yang diucapkan lisan, tetapi pada hakikatnya iman memiliki konsekuensi, amanah
yang mengandung kesabaran.
Demikianlah, hanya
dalam beberapa bulan saja ia berdakwah, banyak sekali wanita Quraisy yang masuk
Islam, sehingga dakwahnya itu tidak menjadi rahasia lagi di kalangan wanita.
Ketika seorang laki-laki mendengar adik perempuannya telah masuk Islam, iapun
memarahinya, sang adik menjawab, “Kenapa engkau memarahiku, tidakkah engkau
tahu bahwa istimu juga telah masuk Islam?!”
Akhirnya gerakan Ummu
Syuraik pun tercium oleh penduduk Makkah. Ia lalu ditangkap oleh kafir Quraisy.
Lalu mereka berkata, “Kalaulah bukan karena kaummu, niscaya kami akan berbuat
sesuka hati kepadamu atau langsung memenggal kepalamu. Akan tetapi kami akan
menyerahkanmu kepada mereka.”
Ketika Ummu Syuraik
ditangkap, suaminya tidak ada bersamanya. Suaminya yang bernama Abul Akr telah memeluk Islam sebelumnya
dan ikut hijrah bersama Abu Hurairah dan beberapa orang dari suku Daus. Ia
mengisahkan penangkapan yang dilakukan penduduk Makkah atas dirinya, “Maka
datanglah keluarga Abu al-Akr, yakni keluarga suamiku, kepadaku. Kemudinn berkata,
‘Jangan-jangan engkau telah masuk ke dalam agama (Muhammad)?’ Aku menjawab,
‘Demi Allah, aku telah masuk agama Muhammad.’ Mereka berkata, ‘Demi Allah, kami
akan menyiksamu dengan siksaan yang berat!’ Mereka pun membawaku pergi dari
tempat tinggalku. Waktu itu kami berada di Dzil Khalashah -suatu tempat
di Shan’a (ibukota Yaman). Meraka membawaku menuju suatu tempat.”
Mendapat Penyiksaan
Ibnu Abbas
Rodhiyallâhu anh menuturkan, "Hati Ummu Syuraik tersentuh islam sejak
masih tinggal di Mekkah, maka iapun memeluknya. Setelah itu, ia mulai menemui
wanita-wanita Quraisy secara diam-diam untuk mengajak mereka memeluk islam.
Tetapi aktivitasnya terendus oleh para pemuka Mekkah, sehingga mereka
menangkapnya dan berkata,"seandainya tidak mempertimbangkan kaum
kerabatmu, maka kami tidak akan segan-segan mempermalukanmu. Kami akan
mengembalikanmu kepada mereka".
Ummu Syuraik
menuturkan sendiri apa yang dialaminya, "Mereka menaikkanku keatas unta
yang tidak dilengkapi dengan pelana atau lainnya. Lalu membawaku selama tiga
hari tga malam tanpa memberiku makan atau minum. Pada suatu ketika mereka
beristirahat…. Biasanya, jika beristirahat, mereka membiarkanku kepanasan
sedangkan mereka berteduh. Mereka juga tidak memberiku makan atau minum, sampai
tiba waktu untuk melanjutkan perjalanan….
…Akan tetapi,
dalam kesempatan istirahat kali ini, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang
dingin menetes ditubuhku, lalu menetes kembali… Setelah kuraba ternyata itu
adalah tetesan air dari sebuah ember. Maka akupun segera meminumnya sedikit,
lalu ember terangkat dan kembali lagi. Aku mengambilnya lagi dan minum sedikit.
Lalu ember itu terangkat dan kembali lagi. Kejadian itu terus berulang beberapa
kali .. dan aku meminumnya sedikit demi sedikit sampai puas. Kemudian akupun
membasuh seluruh tubuh dan pakaianku…..
…. Ketika
orang-orang yang membawaku itu terbangun, mereka amat terkejut karena melihat
bekas tumpahan air ada dimana-mana dan mendapatiku tampak lebih segar dari
sebelumnya. Mereka menuduhku,"engkau telah membuka ikatan lalu mengambil
wadah air kami dan meminumnya ? ". Akupun menjawab, "Demi ALLÂH, aku
tidak melakukannya, melainkan yang terjadi adalah begini dan begini…. " .
(Ia menceritakan apa yang dialaminya dengan jelas). "Mereka lalu berkata
dengan polos, "Jika pengakuanmu itu benar, maka agamamu lebih baik
daripada agama kami ".
"…Untuk
membuktikan pengakuanku, mereka memeriksa wadah-wadah air yang mereka bawa,
ternyata semuanya tetap utuh seperti semula. Maka saat itu juga orang-orang
musyrik yang membawaku itu menyatakan diri memeluk islam".
Ummu Syuraik
salah satu dari sekian shahabat yang mendapatkan penyiksaan. Orang-orang
quraisy melampiaskan rasa marah mereka kepada shahabiyah ini tatkala mereka
mengetahui dakwah islam yang diserukannya.
Tak lama setelah
hijrah ke Madinah, suaminya pun meninggal. Setelah beberapa lama menjadi janda,
Ummu Syuraik menawarkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi.
Aisyah yang
merasa cemburu berkata kepada Ummu Syuraik, “Tidakkah seorang wanita merasa
malu menghibahkan dirinya (untuk dinikahi)?” Mendengar kalimat Aisyah, Ummu
Syuraik menjawab, “Ya, sayalah orangnya.” Kemudian Allah menyatakannya sebagai
wanita mukminah melalui firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab ayat 50.
Ketika ayat ini
turun, Aisyah berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya Allah telah menanggapi
keinginanmu dengan segera.” Ketika Nabi tidak menerima permintaannya, maka Ummu
Syuraik tidak pernah menikah lagi sampai akhir hayatnya.
Sumber:
Al-Mishri,Mahmud.35 Sirah
Shahabiyah.Jakarta:Al-I’tidhom cahaya
Umat.hal:207