Monday, 3 October 2016

Ghaziyah binti Jabir bin Hakim ad-Dausiyyah Wanita yang diberi Minum dari Langit

                        Atau yang lebih dikenal dengan nama Ummu Syuraik al Quraysyiyah adalah seorang wanita dari Quraisy, dari bani Amir bin Lu’ai dan ia pernah menjadi istri Abu al-Akr ad-Dausi. Ia merupakan kabilah Ghathafan yang sangat disegani oleh bangsa arab kala itu. Ummu Syuraik dikenal karena kegigihannya dalam berdakwah menyebarkan Agama Tauhid yakni Islam.



Tantangan Di Medan Perang
Wanita ini mempunyai andil besar dalam dakwah, terutama pada awal masa kemunculannya. Kecintaan dan keimanan yang membaja membuat Ummu Syuraik membaktikan hidupnya untuk mengibarkan panji-panji Islam. Keadaan dirinya yang hanya seorang perempuan tidak membuatnya terkungkung dan terhalang dalam dakwah, bahkan hal itu menjadi keuntungan baginya.
Dalam kesehariannya yang selalu bergaul, bertemu atau sengaja mengunjungi teman-teman wanitanya ke rumah mereka, diam-diam ia menyelipkan misi dakwahnya dengan halus. Ia mengajak wanita-wanita Quraisy untuk masuk Islam.
Ummu Syuraik menjalankan dakwahnya penuh semangat tanpa mengenal lelah, meski nanti akan mendapatkan resiko yang sangat besar, terutama dari pemuka-pemuka Quraisy yang sangat anti terhadap dakwah Islam. Namun, apapun yang dia hadapi, ia rela mempertaruhkan nyawa dan semua yang ia miliki demi dakwah dan kebenaran. Ancaman siksaan dan intimiasi terhadap keselamatan jiwa dan harta tak membuat Ummu Syuraik mundur dari medan dakwah. Baginya, iman bukanlah sekadar kalimat yang diucapkan lisan, tetapi pada hakikatnya iman memiliki konsekuensi, amanah yang mengandung kesabaran.
Demikianlah, hanya dalam beberapa bulan saja ia berdakwah, banyak sekali wanita Quraisy yang masuk Islam, sehingga dakwahnya itu tidak menjadi rahasia lagi di kalangan wanita. Ketika seorang laki-laki mendengar adik perempuannya telah masuk Islam, iapun memarahinya, sang adik menjawab, “Kenapa engkau memarahiku, tidakkah engkau tahu bahwa istimu juga telah masuk Islam?!”
Akhirnya gerakan Ummu Syuraik pun tercium oleh penduduk Makkah. Ia lalu ditangkap oleh kafir Quraisy. Lalu mereka berkata, “Kalaulah bukan karena kaummu, niscaya kami akan berbuat sesuka hati kepadamu atau langsung memenggal kepalamu. Akan tetapi kami akan menyerahkanmu kepada mereka.”
Ketika Ummu Syuraik ditangkap, suaminya tidak ada bersamanya. Suaminya yang bernama Abul Akr telah memeluk Islam sebelumnya dan ikut hijrah bersama Abu Hurairah dan beberapa orang dari suku Daus. Ia mengisahkan penangkapan yang dilakukan penduduk Makkah atas dirinya, “Maka datanglah keluarga Abu al-Akr, yakni keluarga suamiku, kepadaku. Kemudinn berkata, ‘Jangan-jangan engkau telah masuk ke dalam agama (Muhammad)?’ Aku menjawab, ‘Demi Allah, aku telah masuk agama Muhammad.’ Mereka berkata, ‘Demi Allah, kami akan menyiksamu dengan siksaan yang berat!’ Mereka pun membawaku pergi dari tempat tinggalku. Waktu itu kami berada di Dzil Khalashah -suatu tempat di Shan’a (ibukota Yaman). Meraka membawaku menuju suatu tempat.”

Mendapat Penyiksaan
Ibnu Abbas Rodhiyallâhu anh menuturkan, "Hati Ummu Syuraik tersentuh islam sejak masih tinggal di Mekkah, maka iapun memeluknya. Setelah itu, ia mulai menemui wanita-wanita Quraisy secara diam-diam untuk mengajak mereka memeluk islam. Tetapi aktivitasnya terendus oleh para pemuka Mekkah, sehingga mereka menangkapnya dan berkata,"seandainya tidak mempertimbangkan kaum kerabatmu, maka kami tidak akan segan-segan mempermalukanmu. Kami akan mengembalikanmu kepada mereka".

Ummu Syuraik menuturkan sendiri apa yang dialaminya, "Mereka menaikkanku keatas unta yang tidak dilengkapi dengan pelana atau lainnya. Lalu membawaku selama tiga hari tga malam tanpa memberiku makan atau minum. Pada suatu ketika mereka beristirahat…. Biasanya, jika beristirahat, mereka membiarkanku kepanasan sedangkan mereka berteduh. Mereka juga tidak memberiku makan atau minum, sampai tiba waktu untuk melanjutkan perjalanan….
…Akan tetapi, dalam kesempatan istirahat kali ini, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang dingin menetes ditubuhku, lalu menetes kembali… Setelah kuraba ternyata itu adalah tetesan air dari sebuah ember. Maka akupun segera meminumnya sedikit, lalu ember terangkat dan kembali lagi. Aku mengambilnya lagi dan minum sedikit. Lalu ember itu terangkat dan kembali lagi. Kejadian itu terus berulang beberapa kali .. dan aku meminumnya sedikit demi sedikit sampai puas. Kemudian akupun membasuh seluruh tubuh dan pakaianku…..
…. Ketika orang-orang yang membawaku itu terbangun, mereka amat terkejut karena melihat bekas tumpahan air ada dimana-mana dan mendapatiku tampak lebih segar dari sebelumnya. Mereka menuduhku,"engkau telah membuka ikatan lalu mengambil wadah air kami dan meminumnya ? ". Akupun menjawab, "Demi ALLÂH, aku tidak melakukannya, melainkan yang terjadi adalah begini dan begini…. " . (Ia menceritakan apa yang dialaminya dengan jelas). "Mereka lalu berkata dengan polos, "Jika pengakuanmu itu benar, maka agamamu lebih baik daripada agama kami ".
"…Untuk membuktikan pengakuanku, mereka memeriksa wadah-wadah air yang mereka bawa, ternyata semuanya tetap utuh seperti semula. Maka saat itu juga orang-orang musyrik yang membawaku itu menyatakan diri memeluk islam".
Ummu Syuraik salah satu dari sekian shahabat yang mendapatkan penyiksaan. Orang-orang quraisy melampiaskan rasa marah mereka kepada shahabiyah ini tatkala mereka mengetahui dakwah islam yang diserukannya.

Menawarkan diri untuk dinikahi Rasulullah
Tak lama setelah hijrah ke Madinah, suaminya pun meninggal. Setelah beberapa lama menjadi janda, Ummu Syuraik menawarkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi.
Aisyah yang merasa cemburu berkata kepada Ummu Syuraik, “Tidakkah seorang wanita merasa malu menghibahkan dirinya (untuk dinikahi)?” Mendengar kalimat Aisyah, Ummu Syuraik menjawab, “Ya, sayalah orangnya.” Kemudian Allah menyatakannya sebagai wanita mukminah melalui firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab ayat 50.
Ketika ayat ini turun, Aisyah berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya Allah telah menanggapi keinginanmu dengan segera.” Ketika Nabi tidak menerima permintaannya, maka Ummu Syuraik tidak pernah menikah lagi sampai akhir hayatnya.

Sumber:
Al-Mishri,Mahmud.35 Sirah Shahabiyah.Jakarta:Al-I’tidhom cahaya Umat.hal:207


0 comments:

Post a Comment

 
;