Thursday, 5 September 2013

Kisah Cinta dalam Manisnya Ukhuwah


             Cemburu…ada yang bilang itu tanda cinta. Sedang di sisi lain itu disebut sebagai suatu penyakit yang berbahaya. Yah… dalam pandangan pribadi, cemburu adalah kondisi dimana adanya unsur cinta yang belum efektif. Jadi, efektif itu yaitu memberi. Jika sudah mengenal namanya ukhuwah, pasti sudah kenal dengan cinta. Cinta itu pengorbanan, pemberian, dan tak menghitung.
            Pada dunia aktivis dakwah, ukhuwah adalah landasan yang selalu menghiasi perjalanannya. Ujian adalah pembeda bagi yang beriman. Dan kabar gembira ditujukan kepada orang yang bersabar, bersabar dalam ujian itu.sejenak berfikir... Ada berbagai macam tipe-tipe manusia, ada yang cuek, manja, romantis penuh  perhatian, sangat lembut dan tak jarang ada pula yang keras. Itu lah manusia, unik nan menggemaskan. Ketika satu dan yang lain berkumpul akan terjadinya sebuah peristiwa yang menimbulkan berbagai reaksi dan menjadikannya akibat untuk perlu diperhatikan.
       "Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah". (QS. Al-Baqarah:138) 

        Islam tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan akidah. Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah. Bahkan Rasulullah menyebutkan, ”Manusia itu, sebagaimana logam. Yang terbaik di masa jahilianya akan menjadi terbaik di masa keislamannya.”
         Bagaikan kain putih yang  telah terkena beberapa noda, pribadi-pribadi mukmin kemudian dicuci dengan syahadat yang mereka ikrarkan. Allah kemudian memberi warna dengan celupan-Nya. Sebuah celupanan warna denag cita rasa Illahi yang Maha Tinggi. Jika sang hamba terus menjaga amalan wajibnya, kemudian ia bertaqarrub dengan amalan sunnah dan nafilah, maka celupan warna itu menjadi gerak hidup yang memancarkan kemuliaan dan keangungan. (SAF)
 
             Mari kita simak salah satu kisah cinta dalam manisnya ukhuwah berikut ini:
            Sebagai seorang yang tergolong cuak luar biasa, sebut saja A selalu menolak bila terlalu ikut campur dalam permasalahan pribadi sahabatnya serta orang-orang disekitarnya, apalagi dengan urusan men-tabayun (investigasi) ADK. A lebih memilih untuk melimpahkannya kepada B yang memang secara organisasi berpengalaman pada divisi PPSDM/HRD, serta A menganggap B lebih bijak dan sabar dalam menghadapi pribadi-pribadi serta ada nilai plus bagi B yang membuatnya layak untuk melakukan tugas tabayun tersebut, yaitu karena ia lembut dan sangat mommy (pen. keibuan). Ketika ujian ukhuwah itu menghampiri mereka bertiga (A, B, dan C). C merupakan keluarga dekat A dan B yang terkenal sebagai seorang yang sangat aktif dan vocal, hampir-hampir membuat mereka berdua terpesona dibuatnya dengan peningkatan dan perubahan yang terjadi (dalam kebaikan) pada diri C. Ada masa ketika C bermasalah dengan kegiatan organisasinya yang belakang diketahui karena miss komunikasi dan terjebak tipu muslihat.
            A dan B mendapatkan berita tersebut dari isu yang beredar dan mereka tergolong terlambat mendapatkan berita itu. Mereka sedih dengan permasalahan yang dihadapi C, namun C juga belum pernah menceritakan apa-apa yang terjadi padanya. Ada rasa pada B untuk mengetahui pastinya, ini bukan karena kepo, namun lebih terhadap perhatian yang mendalam kepada C. B yang setahu A lebih dekat dengan C, maka A menyarankan agar B saja yang langsung berkomunikasi dengan C terkait yang terjadi. Usaha yang dilakukan B gagal berujung miss komunikasi antara mereka berdua (B dan C). Dengan sangat terpaksa A berusaha mencari tahu permasalahan B dan C baru kemudian kepermasalahan berikutnya.
            Ada rasa bersalah yang menghantui A setelah berbincang-bincang lama dengan C, mereka cenderung jarang berkomunikasi aktif dan A merasa benar-benar tak perhatian terhadap saudarinya  yang satu ini. Diketahui ternyata C merasa kecewa kenapa B tak lebih dahulu mencarinya untuk permasalahan yang sedang dihadapinya, bukan orang lain yang men-tabayun nya. A berusaha memahami bahwa C memang merasa benar-benar sendiri dan berat meghadapi permasalahanya, dan ini membuat A tambah  merasa bersalah.
            Singkatnya dengan cobaan yang tak terduga ini A, B, dan C belajar untuk bersabar dan berhusnuzon. Bagi A ini belajar tambah perhatian dan peka terhadap saudaranya B dan C. Walau sifat dasar cuek A tetap dominasi, dengan kejadian yang demikian setidaknya A mengurangi kadar cueknya berbanding dengan kadarpeka menjadi 50% banding 50%.

0 comments:

Post a Comment

 
;