Cemburu…ada yang bilang itu tanda cinta. Sedang di sisi lain itu disebut
sebagai suatu penyakit yang berbahaya. Yah… dalam pandangan pribadi, cemburu
adalah kondisi dimana adanya unsur cinta yang belum efektif. Jadi, efektif itu yaitu
memberi. Jika sudah mengenal namanya ukhuwah, pasti sudah kenal dengan cinta.
Cinta itu pengorbanan, pemberian, dan tak menghitung.
Pada dunia aktivis
dakwah, ukhuwah adalah landasan yang selalu menghiasi perjalanannya. Ujian
adalah pembeda bagi yang beriman. Dan kabar gembira ditujukan kepada orang yang
bersabar, bersabar dalam ujian itu.sejenak berfikir... Ada berbagai macam tipe-tipe
manusia, ada yang cuek, manja, romantis penuh
perhatian, sangat lembut dan tak jarang ada pula yang keras. Itu lah
manusia, unik nan menggemaskan. Ketika satu dan yang lain berkumpul akan
terjadinya sebuah peristiwa yang menimbulkan berbagai reaksi dan menjadikannya
akibat untuk perlu diperhatikan.
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah". (QS. Al-Baqarah:138)
Islam tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya
yang tidak bertentangan dengan akidah. Islam justru membingkainya menjadi
kemuliaan karakter yang menyejarah. Bahkan Rasulullah menyebutkan, ”Manusia itu,
sebagaimana logam. Yang terbaik di masa jahilianya akan menjadi terbaik di masa
keislamannya.”
Bagaikan kain putih yang telah
terkena beberapa noda, pribadi-pribadi mukmin kemudian dicuci dengan syahadat
yang mereka ikrarkan. Allah kemudian memberi warna dengan celupan-Nya. Sebuah
celupanan warna denag cita rasa Illahi yang Maha Tinggi. Jika sang hamba terus
menjaga amalan wajibnya, kemudian ia bertaqarrub dengan amalan sunnah dan
nafilah, maka celupan warna itu menjadi gerak hidup yang memancarkan kemuliaan
dan keangungan. (SAF)
Mari kita simak salah satu kisah cinta dalam manisnya ukhuwah berikut ini:
Sebagai seorang yang
tergolong cuak luar biasa, sebut saja A selalu menolak bila terlalu ikut campur
dalam permasalahan pribadi sahabatnya serta orang-orang disekitarnya, apalagi
dengan urusan men-tabayun (investigasi) ADK. A lebih memilih untuk melimpahkannya kepada B
yang memang secara organisasi berpengalaman pada divisi PPSDM/HRD, serta A menganggap B
lebih bijak dan sabar dalam menghadapi pribadi-pribadi serta ada nilai plus bagi B yang
membuatnya layak untuk melakukan tugas tabayun tersebut, yaitu karena ia lembut dan sangat
mommy (pen. keibuan). Ketika ujian ukhuwah itu menghampiri mereka
bertiga (A, B, dan C). C merupakan keluarga dekat A dan B yang terkenal sebagai
seorang yang sangat aktif dan vocal, hampir-hampir membuat mereka berdua
terpesona dibuatnya dengan peningkatan dan perubahan yang terjadi (dalam
kebaikan) pada diri C. Ada masa ketika C bermasalah dengan kegiatan organisasinya yang
belakang diketahui karena miss komunikasi dan terjebak tipu muslihat.
A dan B mendapatkan
berita tersebut dari isu yang beredar dan mereka tergolong terlambat mendapatkan
berita itu. Mereka sedih dengan permasalahan yang dihadapi C, namun C juga
belum pernah menceritakan apa-apa yang terjadi padanya. Ada rasa pada B untuk
mengetahui pastinya, ini bukan karena kepo, namun lebih terhadap perhatian yang
mendalam kepada C. B yang setahu A lebih dekat dengan C, maka A menyarankan agar B
saja yang langsung berkomunikasi dengan C terkait yang terjadi. Usaha yang
dilakukan B gagal berujung miss komunikasi antara mereka berdua (B dan C). Dengan sangat terpaksa A berusaha
mencari tahu permasalahan B dan C baru kemudian kepermasalahan berikutnya.
Ada rasa bersalah yang
menghantui A setelah berbincang-bincang lama dengan C, mereka cenderung jarang
berkomunikasi aktif dan A merasa benar-benar tak perhatian terhadap
saudarinya yang satu ini. Diketahui
ternyata C merasa kecewa kenapa B tak lebih dahulu mencarinya untuk
permasalahan yang sedang dihadapinya, bukan orang lain yang men-tabayun nya. A
berusaha memahami bahwa C memang merasa benar-benar sendiri dan berat meghadapi
permasalahanya, dan ini membuat A tambah
merasa bersalah.
Singkatnya dengan
cobaan yang tak terduga ini A, B, dan C belajar untuk bersabar dan berhusnuzon. Bagi A ini belajar tambah perhatian dan peka terhadap saudaranya B dan C. Walau sifat dasar cuek A tetap dominasi, dengan kejadian yang demikian setidaknya A mengurangi kadar cueknya berbanding dengan kadarpeka menjadi 50% banding 50%.
0 comments:
Post a Comment