Thursday 12 September 2013

Kemuliaan Sang Pentaubat


Berikut sepenggal kisah untuk diambil hikmahnya. Dari buku Menyimak Kicau Merajut Makna @salimafillah
          Di kalangan Bani Israil ada seorang pendosa, khazanah kemaksiatannya sebilangan pasir di gurun, melimpah bertimbun-timbun. Tetapi hidayah Allah menyapa, dia disergap takut oleh dosa-dosa. semua khilaf menghantui di kala sepi, mencekamkan malu di saat ramai. maka dengan cemas hati dia melarikan diri ke negeri jauh, mencoba menghapus jejak kenangan atas segala kesalahan di kotanya.
            Diarunginya padang pasir yang menyengat terik, batu san kerikil secara menyala, dan matahari sama sekali tak bercadarkan awan. dalam lagkah-langkah yang menyiksa tubuh dan memayahkan jiwa itu, dia berjumpa kawan perjalanan. Dan hebat, beliau seorang Nabi. Menghadapi cuaca yang demikian berat, sang Nabi berkata pada si pendosa, “Mari berdoa, agar allah memayungkan awan diperjalanan!” Memerah muka sang pendosa, takut-takut ia berkata,”Demi Allah, aku malu meminta hal itu, aku merasa tak layak berdoa kepada-Nya.”
            Nabi Bani Israil itu tersenyum,”Baiklah aku yang berdoa. kau cukup mengaminkan saja!” Tak lama, awan pun menaungkan bayang-bayang. Lalu tibalah dipersimpangan; tujuan berbeda haruskah mereka perpisah arah. Maka setelah salam, masing-masing menempuh jalannya. Alangkah terkejutnya Nabi itu ketika mendapati awan yang menaungi selama perjalanan mereka berdua kini tak lagi bersama dirinya. Yang menakjubkan, ternyata awan itu tetap menaungi laki-laki yang tadi bersamanya. Bergegas Nabi itu berbalik dan menghampirinya.
            “Saudara! Tunggu! Kau bilang tak punya keutamaan apa pun, bahkan berdoa pun merasa tak layak, tapi awan itu malah mengikutimu!”
            “Katakan padaku,” desaaknya,”apa yang menjadi rahasia kemuliaanmu disisiAllah sehingga justru ucapan amin-mu yang dikabulkan!” Lelaki itu kebingungan.”A[a? Aku tak tahu duhai Nabi Allah…Aku tak tahu…Aku hanya pendosa nista yang lari di masa lalu. Aku ahli maksiat yang hina, dan kini begitu haus akan ampunan rabbku!” ujarnya.
            “Itulah dia! Itullah dia!”
Sahut sang Nabi.”sungguh benar, di sisi Allah, Kemuliaan seorang yang bertaubat bisa mengungguli keutamaan seorang Nabi seperti aku,” pungkasnya.

0 comments:

Post a Comment

 
;