Baru-baru ini mendapat ajakan untuk bergabung dalam
investasi bertipe kesehatan berjaringan MLM dengan menawarkan produk kesehatan.
Ada berbagai macam latar belakang yang menjadikan seseorang menawarkan jenis
berinvestasi sejenis ini, diantaranya ialah produk kesehatan andalan sampai ke
jenis jaringan MLM yang mirip dengan metoda dan inovasi tersendiri. Sebenarnya kurang
lebih saya sudah mengetahui jenis investasi ini, mulai dari sebelumnya
ditawarkan oleh teman ketika kuliah semester 3-an, mama juga salah satu member
produk investasi kesehatan, dan papa yang seorang detail farmasi yang
mengetahui seluk beluk dunia obat-obatan dan kedokteran. Secara wawasan saya
mengetahui informasi dari orang-orang terdekat ditambah dengan informasi dari
teman-teman yang menawarkan jenis investasi berbagai produk/merk kesehatan (saat
ini saya tahunsekitar 4 merk).Untuk mengetahui info tentang MLM bisa simak tulisan Kegalauan Mahasiswa Baru akan MLM
Menawarkan investasi boleh-boleh saja sebagai usaha dalam
mensejahterakan sesama, yang akan sangat menyakitkan ketika caranya kurang baik
atau saya pribadi mengkatagorikan sebagai semi memaksa atau bahkan sangat
memaksa. Saya pernah mengalami perasaan yang dipaksakan itu, karena yang
menawarkan investasi tersebut adalah teman yang dikenal (inilah kelebihan dari
investasi jenis ini, menjaring orang yang dikenal), jadi merasa tidak baik bila
memotong pembicaraan atau mencela ketika mereka berusaha meyakinkan produknya. Saat
kita menolak dengan halus, mereka kurang bisa berlapang dada. Inilah bisnis
investasi yang menurut saya berbasis keyakinan, jadi orang akan ikut investasi
ini bila menadapat keyakinan yang penuh dengan catatan ditawarkan dengan cara
yang baik. Akan menyakitkan jika mengajak dengan cara memaksa yang dikemudian
hari akan melukai hubungan dan silaturahim yang selama ini dibina.
Sudah menjadi rahasia umum jika masyarakat Indonesia
ditawarkan kesempatan dan jawaban atas tawaran tersebut berupa kalimat “saya
pikir-pikir dahulu” artinya seseorang menolak dengan halus tawaran tersebut. Kadang
mengelus-elus dada atau menghelakan nafas bila seseorang sudah ditolak dengan
kalimat tersebut tetap saja diberikan penjelasan tanpa mau memahami perasaan
yang bersangkutan. Mungkin bagi penawar kalimat tolakan halus itu kurang tegas
dan cenderung memberikan harapan.
Saran saya bagi orang yang ditawar berikan jawaban
menolak dengan tegas berupa kalimat “saya tidak bisa ikut” atau “dengan
berbagai pertimbangan saya tidak bisa ikut” serta dilengkapi kalimat penutup
“saya harap anda bisa memahami keputusan saya serta menghormatinya”. Jangan
masukkan kata “belum bisa ikut” atau “nanti saja”, tentunya jika tidak
ingin terus dihubungi untuk bergabung, berikan kaimat yang tegas namun tetap
baik dan sopan,berasaskan kekeluargaan. Biarlah mereka (sang penawar investasi)
bersikap kurang memahami perasaan kita terhadap tekanan pikiran, waktu, dan
perasaan kita, karena mereka dalam usaha meraih rezeki dan mereka adalah teman
baik kita. Kita (yang ditawar) menghargai usaha mereka.
Saya khawatirkan dengan indikasi memberikan tekanan bagi
yang orang ditawarkan apakah itu termasuk menzdolimi, naudzubilah. Jangan
sampai orang yang terdzolimin itu berdoa “semoga saja tidak ketemu dia lagi”
lantaran trauma dengan pertemuan tawaran investasi tersebut. Bukankah kegiatan
menawarkan investasi ini diawali dengan niat yang baik yaitu mensejahterakan
sesama. Bukankah yang tadinya miss komunikasi dan hampir jarang bertemu,
dieratkan silaturahim kembali melalui pertemuan tatap muka walau dalam agenda
menawarkan investasi. Alangkah indahnya jika sang penawar investasi bisa
sedikit memahami orang yang ditawarkan bahwa mereka telah bersedia meluangkan
waktunya yang sangat berharga, buat rencana penjelasan/closing tidak lebih dari
satu jam saja. Itu akan sangat menentramkan. Menentramkan hati saudara juga
merupakan sedekah, semoga..
Ini adalah buah pikiran dan pegalaman pribadi disertai
pengamatan serta ekspresi dari orang-orang yang ditawarkan investasi tersebut pada
orang-orang sekitar. Bukan semata karena diri ini lebih baik, berusaha
menyadarkan diri untuk peka terhadap orang lain walau pribadi memiliki
kepentingan tersendiri. Demi ukhuwah yang selama ini dibina.
wallahu’alam
0 comments:
Post a Comment