Sunday, 19 July 2015

To Kill a Mockingbird

           Berawal dari melihat berita bahwa  Nelle Harper Lee menerima nobel dari karyanya. Maka dimulailah penelusuran untuk mengobati rasa penasaran yang muncul ini. Berikut sekilas tentang Penulis buku best seller To Kill a Mockingbird ini memiliki nama lengkap Nelle Harper Lee. Meski karyanya mendapat penghargaan Pulitzer pada 1961, Lee ternyata tidak pernah menyelesaikan kuliah S-1nya di bidang hukum di Alabama School of Law. Namun, selama musim panas sebelum pindah ke New York pada 1950, bungsu dari empat bersaudara ini menempuh pendidikan di Oxford University. (Okezone)
 
             Dari tulisan (sumber klik disini) kita dapat mengetahui latar belakang terciptanya karya Nelle Harper Lee ini yang diungkapkan sebagai berikut:
          Mungkin hasrat ingin tahu terlampau fitrah ada dalam jiwa manusia. Dicarinya jalan untuk menembus benteng pribadi manusia lainnya. Dicarinya otoritas pemahaman terhadap kehidupan pribadi sesamanya dengan segala cara: sosialisasi, investigasi, gosip, hingga bergunjing. Termasuk, diterobosnya fakta-fakta rapuh yang kemudian dianggap kebenaran tentang seseorang, atau kita sebut prasangka (prejudice). Seperti  yang dikisahkan dalam To Kill a Mockingbird (1960).
          Novel pertama dan satu-satunya, karya Nelle Harper Lee (1926-…) ini mengisahkan tentang bagaimana prasangka tidak hanya merugikan namun sekaligus berbahaya. Tidak pernah ada kebenaran dalam prasangka. Jikapun ada, kebenaran dalam prasangka sangatlah rapuh. Dalam cerita ini Harper Lee menyimpulkan lewat salah satu narasinya:
“Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya… hingga kau meyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya.
 
Mengingat begitu berpengaruh karya yang ditulisnya, mari kita simak resensi novel To Kill a Mockingbird yang ditulis secara jelas oleh Helvry Sinaga (kunjungi blognya disini), selamat menikmati.
 "..Mockingbird menyanyikan musik untuk kita nikmati, hanya itulah yang mereka lakukan. Mereka tidak memakan tanaman di kebun orang, tidak bersarang di gudang jagung, mereka tidak melakukan apapun, kecuali menyanyi dengan tulus untuk kita. Karena itulah, membunuh mockingbird itu dosa." (Hlm 173).

Novel klasik yang sudah berusia 50 tahun sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1960. Kehidupan di kota kecil Maycomb County, Alabama memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan masyarakat pada saat itu. Dimana pengalaman masa lalu menjadi pelajaran berharga. Diceritakan dari sudut pandang seorang anak 6 tahun, Jean Louis atau Scout yang bermain bersama kakaknya Jeremy Finch dan sahabat musim panas mereka, Dill. Ayah mereka, Atticus Finch adalah seorang pengacara. Ibu mereka sudah meninggal, namun ada Calpurnia yang mengasuh mereka.

Toleransi
Jean Louise sangat cerdas. Di kelasnya, ia satu-satunya yang dapat membaca dan menulis. Gurunya menyalahkan ayah Scout karena sudah mengajarinya membaca. "Kau seharusnya belum belajar itu, nak". katanya. Scout menceritakan teman-temannya yang ada di kelas. Salah satunya adalah Walter Cunningham. Walter berasal dari keluarga Cunningham di Maycomb County yang dikenal tidak bisa membayar sesuatu dengan uang, tapi dari hasil panen dari tanah keluarga mereka. Scout berhasil menjelaskan dengan bahasanya sendiri siapa itu keluarga Cunningham di Maycomb County. Itu membuat gurunya, Miss Caroline tersinggung dan menghukumnya.

Akhirnya Scout memukul Walter Cunningham di luar sekolah karena merasa Walter-lah penyebab ia dihukum oleh Miss Caroline. Namun, Walter tidak mendendam. Jem bertindak bijak dengan mengajak Walter makan siang ke rumah keluarga Finch. Seraya mengatakan pada Walter "Ayah kami berteman dengan ayahmu. Scout ini, dia memang gila dia tidak akan mengajakmu berkelahi lagi" (h.51).

Dari sini kelihatan kalau anak-anak tidak membeda-bedakan teman berdasarkan asalnya, status sosial, atau bahkan agama. Kita bisa bandingkan dengan Shmuel dan Bruno di cerita The Boy in the Striped Pajamas, Amir dan Hassan pada cerita The Kite Runner. Ketulusan berteman anak-anak patutlah kita tiru, tidak salah bukan orang dewasapun perlu belajar dari anak-anak.

Prasangka
John Wesley-Pendiri Methodist- mengatakan bahwa “Passion and prejudice govern the world; only under the name of reason.” Prasangka menyebabkan orang akan kehilangan kekritisannya. Tidak berusaha mencari tahu dan membiarkan diri hidup dalam prasangka justru akan membuat hati tidak bersih. Seperti yang diceritakan bahwa Arthur "Boo" Radley tidak pernah keluar rumah. Imajinasi Jem yang diceritakan pada Scout jauh dari kesan bahwa Boo sebenarnya adalah anak yang bersahabat. Sudah ada tanda-tanda sebelumnya bahwa Boo memiliki hati yang baik. Pertama, hadiah-hadiah yang disiapkan di ceruk pohon bagi Jem dan Scout. Kedua, celana Jem yang sudah tergantung dan sudah terjahit dengan rapi di pagar rumah keluarga Radley. Ketiga, diselamatkannya Jem dan Scout ketika pulang dari pesta Halloween.

Suatu permenungan yang mendalam-tentu saja karena pengalaman-ketika Scout mengingat apa kata ayahnya.Atticus benar. Dia pernah berkata, kau tak akan pernah mengenal seseorang sampai kau berada dalam posisinya dan mencoba menjalani hidupnya. Hanya berdiri di serambi Radley pun cukup (h.507).

Arthur 'Boo' Radley adalah Mockingbird pertama.

Kebaikan dan Kejahatan
“The battleline between good and evil runs through the heart of every man.” demikian dikatakan oleh Alexander Solzhenitsyn-novelis Rusia. Itulah mengapa kita perlu pengetahuan. Pemahaman akan nilai kebaikan bukanlah sesuatu yang datangnya instan, namun sebuah proses dari budi manusia. Sebagai contoh sisi kebaikan seorang pengasuh pada keluarga Atticus. Cerita tentang Calpurnia yang mendidik Jem dan Scout tentunya tidak semata-mata karena Atticus telah membayarnya sebagai seorang pengasuh. Terlebih dari itu, karena ia mengasihi mereka. Tentunya bukan tugas pengasuh untuk menyuruh Scout menuliskan satu bab alkitab dengan tulisan bersambung (h.41), menarik Scout ke dapur karena Scout memprotes cara makan Walter Cunningham (h.51). Scout membenci hal itu. Namun, sebuah nasihat bijak Atticus pada Scout, "... Pikirkan betapa banyak yang dilakukan Cal untukmu, dan patuhilah perkataannya (h.53).

Sisi lain pada manusia, yaitu kejahatan dicontohkan pada persidangan Tom Robinson. Atticus dengan cerdas sudah mengungkapkan fakta bahwa tidak logis Tom Robinson yang memperkosa Mayella Ewell. Dengan sangat meyakinkan, Atticus memberi pernyataan di muka pengadilan bahwa apa yang terjadi atas diri Mayella adalah akibat kebodohan dan kemelaratan yang kejam (h.369). Tapi seharusnya tidak ada toleransi pada Mayella sebab ia berusaha menutupi bukti pelanggarannya bahkan sampai harus mengenyahkan Tom Robinson, karena kalau Tom Robinson masih ada akan mengingatkannya (Mayella) atas perbuatan memalukan yang dilakukannya. Apa salahnya menggoda seorang laki-laki? yang salah karena ia Mayella menggoda seorang Negro (h.370). Ada apa dengan Negro? Atticus melanjutkan bahwa ada asumsi atau prasangka jahat yang tertanam kuat di orang kulit putih bahwa Negro adalah makhluk tidak bermoral. Attiicus menambahkan bahwa perbuatan jahat maupun ketidakbermoralan adalah milik seluruh manusia, tidak berlaku pada satu ras saja. "Tak ada orang di ruang pengadilan ini yang belum pernah berbohong, yang belum pernah berbuat amoral, dan tak ada lelaki hidup yang tak pernah memandang seorang perempuan dengan hasrat" (h.370).

Pengadilan yang bersistem juri itu memutuskan lain. Seperti sudah tradisi, tidak ada juri yang membela kulit hitam. Ketika Hakim Taylor menerima secarik kertas yang berisi putusan juri, isinya:"Bersalah...bersalah...bersalah...bersalah...bersalah..."(h.383).

Namun, keluarga Tom yang Negro adalah orang yang tahu berterimakasih. Atticus dikirimi berbagai macam makanan ke rumahnya. Tidak seperti Bob Ewell, ia malah mengancam akan membunuh Atticus sampai kapanpun. Bob Ewell digambarkan sebagai orang pemalas, pemabuk, memakan uang asuransi, menelantarkan anak, seorang kidal (yang di pengadilan dibuktikan oleh Atticus bahwa dialah yang memukul Mayella), dan seorang (calon) pembunuh anak-anak Finch.

Tom Robinson akhirnya mati karena ia ditembak saat mencoba melarikan diri dari penjara. Tom Robinson adalah Mockingbird kedua.

Pentingnya Pendidikan
Salah satu keunggulan Atticus Finch ialah ia mendidik anaknya. Pendidikan adalah kunci untuk membuka kebodohan termasuk prasangka. Selepas waktu bekerja sebagai pengacara, ia bersama dengan Scout akan membaca artikel koran. Untuk Jem, ia membelikan majalah kesukaannya, Football. Apa sarananya? membaca dan bertanya. Scout dan Jem sering terlibat diskusi atau perdebatan, dan yang menjadi tempat bertanya terakhir adalah ayah mereka. Aku dan Jem sudah terbiasa dengan diksi ayah kami yang lebih cocok diterapkan pada surat wasiat, dan kami bebas menyela Attiicus kapanpun untuk memintanya menjelaskan kata-kata itu kalau ucapannya tak kami mengerti (h. 69)

Jika seorang Jem adalah anak biasa yang tidak terbekali dengan baik dengan apa yang terjadi di pengadilan, tentunya ia tidak akan marah ketika keputusan juri tidak berpihak pada Tom Robinson dalam hal ini Atticus sebagai pengacaranya. Pengalaman adalah guru terbaik. Jem benar-benar kecewa. Ia tadinya menganggap, bahwa orang-orang Maycomb adalah orang (yang kelihatannya) terbaik di dunia, namun tidak adanya yang membela Tom selain Atticus di kota itu. Mungkin terlalu berani seorang anak usia 12 tahun mengucapkan satu kalimat cerdas untuk merespon kalimat Miss Maudie yang pesimis; "Bicara memang gampang, tak bisakah hakim dan pengacara Kristen mengimbangi juri kafir? Kalau aku sudah dewasa? (h.392).

Hal serupa disampaikan oleh Jem kepada adiknya bahwa setiap orang harus belajar. Bahwa tidak ada manusia yang dari lahir sudah bisa membaca, ia mencontohkan kalaupun Walter tidak naik kelas itu karena ia harus membolos untuk bekerja dan membantu ayahnya.

Pendidikan yang baik setidaknya berasal dari rumah. Begitu yang dicontohkan oleh Atticus dan Calpurnia. Atticus mengajari Jem dan Scout membaca termasuk menghormati orang lain. Sejak ibu mereka meninggal, praktis yang mengasuh Jem dan Scout adalah Calpurnia. Calpurnia mendidik kedua kakak beradik tersebut seperti anaknya sendiri. Walaupun Calpurnia dari golongan Nigger, Atticus tidak berkeberatan. Suatu peristiwa dimana Scout berkomentar karena cara makan Walter tidak berkenan, Calipurnia menegurnya: "...Kalian mungkin memang lebih baik dari keluarga Cunningham, tapi kau tak ada artinya kalau mempermalukan mereka seperti itu..." (Hlm 57).

Fiksi yang Nonfiksi
Walau novel ini adalah cerita fiksi, namun tidak sepenuhnya tokoh dan tempat yang diceritakannya adalah khayalan. Maycomb, kota tempat ceritanya novel ini merepresentasikan kota Monroeville, Alabama, tempat Harper Lee tinggal. Jean Scout Louise yang berusia 6 tahun mewakili Lee yang lahir tahun 1926. Di kotanya, Lee memiliki tetangga yang dengan keluarga Radley, yakni keluarga Boulars, memiliki seorang anak yang hanya berdiam di rumah, yaitu Sonny Boular.

Ayah Lee, adalah seorang pengacara sama seperti Atticus Finch. Karakter Scout yang cerdas, usil, tomboy, sama dengan Lee. Lee menulis novel ini dalam kurun waktu 8 tahun, mungkin ia sudah melakukan riset yang sangat dalam untuk menulis novel ini, sekaligus mungkin enggan menulis novel berikutnya karena ia harus riset lagi minimal 8 tahun (soktau.com). Penggambaran paling jelas tokoh Dill dalam Novel ini adalah teman kecil Lee yaitu Truman Capote. Truman Capote juga seorang penulis novel. Ia menggambarkan Lee sebagai cewek yang tomboy, Idabel, dalam novelnya Other Voices, Other Rooms. Sementara Truman Capote digambarkan sebagai Dill oleh Lee dalam To Kill a Mockingbird. Wow...Intinya Lee dan Capote adalah teman baik.

Pada 25 Maret 1931, 9 orang negro ditangkap di Scoottsboro, Alabama karena dituduh memperkosa dua orang wanita kulit putih di kereta api. Kedua wanita itu, Victoria Price dan Ruby Bates berbohong karena menghindari akan ditangkap dan dipenjarakan. Seperti yang ditulis di novel ini bahwa kejahatan terbesar di Alabama adalah perkosaan. Dan semua terdakwa yang terbukti akan mendapat hukuman mati. Sama seperti Tom Robinson, 1 orang dari 9 negro itu memiliki kecacatan fisik, 1 lagi buta. Sepertinya mustahil untuk memperkosa dua wanita tersebut dan melarikan diri.

Pengacara seperti Atticus yang membela 9 orang itu adalah Samuel Liebowitz, dan hakim yang memimpin persidangan Scoottsboro adalah Hakim James E. Horton. Hakim ini mengesampingkan vonis bersalah dan itu menyebabkan ia tidak dipilih lagi sebagai hakim pada tahun selanjutnya. Ucapan Horton yang menutup persidangan adalah sebagai berikut:
History, sacred, and profane, and the common experience of mankind teach us that women of the character shown in this case are prone for selfish reasons to make false accusations of both rape and insult upon the slightest provocation, or even without provocation for ulterior purposes.

Sejarah kelam umat manusia yang dengan tega mengorbankan sesamanya dengan alasan warna kulit, adalah kekejaman terbesar. Harper Lee dengan tepat menuliskan novel ini,sebab akibat kesalahan masa lalu berupa prasangka dan kebodohan menyebabkan satu atau lebih mockingbird terbunuh.

Novel ini sangat bagus untuk dibaca. Bagi orangtua yang menyarankan pada anaknya untuk membaca novel ini, harap siap-siap ditanya istilah seperti perkosaan, negro, rasis, dan sebagainya. Apalagi setelah membaca novel ini diikuti dengan menonton filmnya, akan lebih terasa lagi kalau novel maupun filmnya membawa pesan maupun nilai yang memperkaya cara pandang kita.

0 comments:

Post a Comment

 
;