Pemilu presiden 2014 kali ini jatuh pada tanggal 9 Juli 2014 bertepatan pada 11 Ramadhan 1435 H. Tak hanya itu di seluruh belahan bumi bersoraik dengan acara piala dunia 2014 yang lebih mengejutkan ialah tepat bulan Ramadahan Israel melancarkan agresi militernya tanpa jeda walaupun dalam suansana Idul Fitri sekalipun.
Alhammdulillah Pemilu Persiden 2014 ini meraih perhatian penuh dari masyarakat Indonesia, dengan diusungnya 2 calon presiden dari uratan 1 Prabowo-Hatta dan pasangan nomor urut 2 Jokowi-Jusuf Kalla. Pemilu kali ini penuh dengan black campaign, entah dari pasangan urutan mana yang memulai dan melontarkan taktik sebagi korban, yang jelas tujuanya ialah meraih simpati rakyat. Para suporter kedua belah pihak begitu riuh. Semua rakyat menjelma seolah-olah pakar politik dan pemerintahan. Tak dipungkirin adu urat sampai level terbawah ialah adu saraf pun menghiasi Pesta Demokrasi. Entah siapa yang terdoktrin dan siapa yang mendoktrin. Kalau sudah demikian debat kusir lah yang tercipta. Bukannya terbuknya pemikiran melalui diskusi, permusuhan pun tercipta bahkan adu jotos pun menjadi halal, demi membela jagoan calon presidennya.
Dengan dimeriahkan oleh sorak-sorai media masaa khususnya TV pendukug dari masing-masing pasangan dan lawan politik. Ada TV pak Prabowo-(TV Wow) dan TV pak Jokowi-(Metrwi TV). Dari segala kepentingan yang jelas kadar objektifitas sudah tak ada, kalaupun ada sangat dipaksakan keberadaannya. Hingga KPAI mulai mengevaluasi kedua TV tersebut sebagai ancaman pemecah belah persatuan bangsa. Sungguh membahayakan bila terjadi perpecahan bangsa, bahkan perang saudara. Disinilah peran calon presiden diuji, apakah mampu mengendalikan massanya atau malah memanfaatkan loyalitas massa pendukungnya untuk kepentingan pribadi dan golongan-yaitu-menjadi penguasa.
Pemilu telah usai tapi hiruk-pikuknya belum usai karena setelah perhitunga suara resmi dan pengumuman KPU yang menyatakan bahwa peraih suara terbanyak sekaligus presiden pilihan rakyat ialah pasangan calon presiden urutan nomor 2. Yang menjadi buah bibir ialah pasangan calon presiden nomor urut 1 mengajukan gugatan ke MK karena KPU dinyatakan memihak. Selama belum adanya putusan MK mengenai sengketa pemilu ini, adu suara suporter Pemilu 2014 masih berkicau, walau kicauannya tak seriang ketika masa kampanyenya. Berharap Indonesia belajar semakin dewasa, walau apapun tindakan masing-masing calon, kita semua berharap tak ada celaan, yang ada ialah komentar sopan diiringi dengan keterbukaan dan kedewasaan berfikir. Bukan menghujat dengan hal-hal yang menyakitkan ataupun adu jotos. Karena siapa pun yang resmi menjadi Presiden RI periode tahun2014-2019 mendatang, ia adalah Presiden Indonesia dan kita semua tetap bersaudara.
Disini posisi kita tak ada yang tersesat atau pun yang bodoh, yang ada ialah kita hanya punya dua pilihan yang resmi menjadi calon presiden, Indonesia saat ini hanya mampu melihat dua pasangan calon presiden saja. Yang dibutuhkan ialah pemahaman dan terus menggali informasi dan menjadi lebih bijaksana menyikapinya agar mampu memilih satu yang terbaik dari putra bangsa ini, hingga ke depan Indonesia berkembang maju menjadi bangsa yang tak kehilangan perannya dalam mewujudkan perdamaian dunia. Hargailah dan hormatilah tiap keputusan pribadi, karena masyarakat Indonesia saat ini belajar untuk dewasa dan bersikap bijaksana dari Pemilu Presiden 2014.
0 comments:
Post a Comment