Sekarang saya sedang sukanya mendengarkan mp3 ayah edy, seorang pakar parenting dengan semangat "Indonesia Strong from Home". Pada tema: asal usul perilaku anak, beliau sempat merujukkan sebuah film yang menyadarkan kita bahwa pendidikan sekarang telah menghilangkan hati nurani anak, sehingga yang diciptakan dari dunia pendidikan umumnya robot dengan targetan angka dan mengesampingkan hati nurani. Lebih lengkapnya saya tertarik mencari sinopsisnya yang telah di analisis oleh Winarti Win, yang menurut saya relevan dan ada baiknya langsung menonton film ini yang diproduksi dan realease tahun 1989 (Wah, ini tahun kelahiran saya). Silahkan menikmati.
Film Dead Poets Society adalah film tahun 1989 yang bisa dikatakan sangat menginspirasi. Film ini mengisahkan sekelompok siswa yang bersekolah di salah satu sekolah elite di Amerika yaitu Akademi Welton. Sekolah ini merupakan sekolahan yang terkenal dengan kedisiplinan yang tinggi dan menganut semboyan Tradisi, Kehormatan, Disiplin dan Pretasi. Kisah ini bermula dari kisah kehidupan sosial tujuh orang siswa yaitu : Neil, Todd, Knox, Charlie, Richard, Steven dan Gerard yang merasakan ketidaknyamanan dengan peraturan di sekolahnya tersebut.Pemikiran mereka tentang ilmu pengetahuan berubah setelah datang guru baru yang akan mengajarkan satra inggris kepada mereka. Guru tersebut adalah John Keating yang juga merupakan alumni akademi welton. Guru ini mengajar dengan teknik yang berbeda sehingga siswa yang diajarnya terinspirasi dengan apa yang ia ajarkan salah satunya adalah Neil yang memang sejak awal memiliki minat dalam bidang akting.Hingga suatu saat Neil dan kawan-kawannya menemukan catatan tua sekolah dimana ternyata guru sastra inggris mereka, John Keating, pernah mempunyai klub rahasia bernama Dead Poets Society. Klub yang anggotanya gemar membaca puisi dan selalu punya pemikiran berbeda dari yang lainnya menjadi inspirasi Neil dan kawan-kawan untuk membentuk sebuah klub yang sama. Lambat laun pemikiran Neil dan teman-temannya terbuka lebar berkat pengajaran yang dilakukan oleh Keating, terlebih lagi mereka mendapatkan istilah baru yaitu Carpe Diem yang dalam bahasa inggris berarti Seize The Day yang berarti raihlah kesempatan menjadi motto baru dalam hidup mereka. Terutama Todd, remaja paling pemalu diantara teman-temannya yang lain yang lambat laun menjadi seorang yang berani mengutarakan isi hatinya berkat pola pikir Keating yang selalu menginspirasi dan mendukungnya.Film ini mengandung pesan moral sekaligus menyindir pemikiran-pemikiran orthodox atau pemikiran kaum kolot pada masanya. Freethinkers adalah jargon yang selalu diucapkan oleh John Keating. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, seize the day! Semua perkataan yang meluncur dari mulut Keating seolah-olah merasuk kedalam diri Neill, Todd, Knox dan Dalton. Neill yang notabene seorang murid yang paling pandai tahu bahwa berakting adalah kegemarannya dan impiannya disamping mendapat nilai bagus terus-menerus di sekolah, kemudian Knox mempraktekan betul apa itu yang disebut seize the day dengan cara menemui gadis pujaan hatinya walau dia tahu bahwa gadis yang disukainya sudah dimiliki orang lain, dan Todd, remaja pemalu yang akhirnya bisa mengungkapkan isi hatinya dengan lantang ke seluruh orang. Betul, mereka adalah para pemuda yang tahu dan paham betul makna pelajaran yang diberikan oleh Keating di setiap kelasnya, tahu betul bahwa menjadi seorang yang bisa menikmati kehidupan, cinta, dan keberadaan diri adalah modal penting untuk menjalanai hidup ini selain menjadi bankir, pengacara maupun seorang dokter yang sukses.Akan tetapi apa yang diajarkan oleh Keating dianggap tidak baik oleh pihak sekolah karena melenceng dari prinsip akademi welton. Hal ini memunculkan berbagai permasalahan, terlebih lagi adanya permasalahan antara Neil dengan orangtuanya yang tidak sependapat. Neil ingin mengembangkan bakat beraktingnya tetapi orangtuanya inngin ia menjadi dokter. Sehingga hal ini membuat Neil tertekan. Ia semakin tertekan dan akhirnya melakukan bunuh diri sebagai protesnya kepada orangtuanya dan sebelum bunuh diri ia memberikan pesan “Ia merencanakan hidupku tapi tak pernah menanyakan apa yang aku inginkan”. Pesan ini menjadi sebuah senjata bagi orangtuanya untuk mencari penyebab Neil bunuh diri. Orangtua Neil bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mengusut tuntas permasalahan ini dan yang mereka curigai adalah guru sastra inggris yang tidak lain adalah John Keating. Alhasil John Keatingpun dikeluarkan dari sekolah. Akan tetapi saat akan berpamitan para siswa yang dulu diajarnya merasakan keberatan sehingga mereka melakukan suatu seperti yang dulu pernah diajarkan oleh Keating.Dari hal itu dapat kita lihat bahwa adanya konflik antara siswa, orangtua, guru dan sekolahan. Kebanyakan orangtua tidak memperhatikan apakah bakat dan minat yang dimiliki oleh anak mereka, orangtua selalu mengatakan memberikan yang terbaik kepada anaknya akan tetapi mereka justru menjerumuskan anak mereka dalam kegelapan. Selain itu pihak sekolahpun tidak mengembangkan proses pembelajaran yang mampu menarik siswa dalam mencerna mata pelajaran yang diperoleh. Kebanyakan kebijakan yang diterpkan kurang berpihak kepada siswa dan cenderung menjadikan siswa menjadi apatis dan individualis. Seharusnya antara guru, orangtua dan sekolahan melakukan segala kebijakan yang tidak merugikan siswa. Siswa harus lebih diajak aktif dalam berbagai pembelajaran yang dilakukan supaya mereka tidak hanya manghafal dan memahami tetapi juga melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran yang mereka peroleh benar-benar memiliki kegunaan dalam kehidupannya di masa mendatang.
0 comments:
Post a Comment