BAB
1: JALAN DAKWAH
PENYELEWANGAN DAKWAH YANG HARUS
DIHINDARI
Penyelewengan ini
selalu terjadi karena dia terlalu bergairah dan bersemangat. Terutama ketika
kita menyangka bahwa mereka yang berminat untuk beramal di bidang dakwah
Islamiyah sekarang ini adalah orang-orang yang benar, bersungguh-sungguh dan
ikhlas, padahal sebenarnya mereka hanyalah bersimpati dan terpengaruh dengan
apa yang mereka dengar dan saksikan terhadap berbagai penindasan, gangguan,
siksaan, dan pembunuhan terhadap para pembawa bendera Islam sebelum mereka.
Dari sinilah harus
cepat-cepat menyadarkan para pemuda muslimin yang merupakan bunga-bunga yang
sedang mekar dari tengah-tengah gelanggang keterlibatan dan pelaksanaan dakwah,
supaya mereka tidak tergelincir dan tidak menyeleweng karena tidak mempunyai
pengetahuan dan penerangan yang benar.
Pperlu kewaspadaan
dalam menjaga dan memelihara mereka dari berbagai bentuk penyelewengan, karena
penjagaan dan pemeliharaan kesehatan itu lebih baik daripada mengobati
penyakit.
"Inilah
jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang musyrik.“ (Yusuf: 108)
________________________________________________________________________________________________________________________
Faktor yang
Mendorong Penyelewengan
Kekosongan jiwa agama, di mana
para pemuda dibiarkan hanyut pada romantika masa lalu, kedangkalan pelajaran
agama, tidak ada tarbiyah
(pendidikan) agama, berkembang dan merejalelanya banjir kerusakan akhlak dan
anarkisme, berleluasanya keraguan dan syak wasangka dalam aqidah.
Disamping itu hilangnya kanun dan undang-undang dalam strategi
jama’ah yang bertanggung jawab mengatur dan mengorganisasikan para pendukung
dakwah kepada Allah, ditambah lagi dengan
banyaknya para pendukung dakwah yang dipenjara, ditindas dan diganggu,
semuanya itu dapat membangkitkan tindakan pembalasan tantangan-tantangan, yang
dapat menyalakan semangat orang-orang yang mempunyai gairah terhadap Islam,
terutama dikalangan pemuda Islam. Inilah sebenarnya yang merupakan persoalan tabii (nature) yang tidakdapat
diingkari.
Ini hanyalah untuk memberi
nasihat dan petunjuk yang semata-mata mengharapkan ridha Allah. Tidak pernah
terlintas di fikiran kita untukmenuduh dan meregukan niat mereka, ataupun
menggangu seorang, lebih-lebih hendak berbuat jahat kepada seorang muslim.
Tempat-tempat terjadinya
ketergelinciran dan penyelewengan dalam memberi penerangan dan penjagaan,
sebagai berikut:
1.
Ilmu dan
Penyelewengan
Kagum dan silau sinar ilmu dan
ma’rifat yang diperolehnnya dari hasil kajian, kitab, dan buku dakwah Islam.
Merasa yakin dengan ilmu yang diperolehnya itu telah banyak, lantas menyangka
telah mempunyai kemampuan untuk beristinbat
(mengeluarkan hukum) dari ilmu yang diketahuinya dari nash-nash, dalil-dalil
Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Tidak mau menerima hujjah dari seseorang,
pada waktu lain menganggap dirinya mencapai derajat mujtahid, lantas dengan
berani mengeluarkan fatwa-fatwa hukum syara‘
di dalam beberapa persoalan yang diajukan kepadanya.
“Orang yang paling
berani mengeluarkan fatwa ialah orang yang paling kurang ilmunya“
Apabila
orang yang berjalan di atas jalan dakwah telah dikuasai oleh kelezatan dan
keenakan ma’rifah, akhirnya hatinya menjadi terlalu asyik dan khusuk dalam
membaca berbagai kitab dan berlomba-lomba membaca berbagai majalah yang
dipenuhi makalah ilmiah teoritis semata. Inilah yang menjadikan dia lupa akan
kewajiban memberi perhatian ke arah penyuburan iman memperkuat jihad, dan
latihan dakwah Islam.
Cara
pencegahan diri dari praktek=praktek tersebut ialah dengan cara menuntut ilmu
yang berguna tanpa mudah terperdaya dan tidak melewati batas.
2. Antara Furu’iyah
(Cabang) dan Ushul (Pokok)
Juru dakwah harus tahu bahwa
dakwah Islam itu bermula dengan meenegakkan aqidah iman dan tauhid. Iman itulah
yang mendorong para da’i menyerahkan diri kepada Allah dan mengiikuti perintah
Allah tanpa ragu dan bimbang. Oleh karena itu para da’i tidak boleh menyeleweng
dari manhaj dan cara yang bijaksana ini.
Kalau persoalan furu’iyah
dijadikan sebagai yang mesti iltizam
(komited) dengannya sebagai syarat asasi, padahal baru mulai berjalan di atas
jalan dakwah, maka da’i seperti itu menjadikan mereka (yang diseru) menjauhkan
diri dari dakwah Islamiyah, dan secara tidak langsung menghalangi mereka
berjalan di atas jalan dakwah bersama kita.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik.” (An-Nahl:125)
3. Antara Keras
dan Keterlaluan
Penyelewengan yang tidak kurang bahayanya, ia sangat
keras dan keterlaluan dalam membebankan
dirinya dengan melakukan tugas-tugas taat dan ibadah yang diluar kemampuannya,
dengan keyakinan hal itu untuk melatih diri dalam rangka memudahkan mengikuti
manhaj Ilahi. Lalu tercecer di tengah jalan hingga dia mau saja malalaikan
persoalan-persoalan fardu dan asasi, dan mendahulukan yang sunnah-sunnah dan nawafi. Juru dakwah harus membedakan
antara tindakan yang tegas, penuh kesungguhan, dengan keterlaluan serta
membebankan diri di luar kemampuan.. Karena amal yang sedikit tetapi kontinyu
itu lebih baik daripada amal yang banyak, tetapi terputus dan terhenti di
tengah jalan.
“Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau pikulkan
kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya.” (Al-Baqarah:286)
4. Antara Sikap
Terburu-Buru dan Kelonggaran
Adakalanya orang yang berjalan di atas jalan ini terlalu optimis. Ia
mungkin terdorong oleh semangatnya yang berapi-api dan penuh gairah untuk
memperhunakan senjata sebagai cara untuk mempercepat perjalanan. Akhirnya bukan
saja tidak sampai pada tujuan yang dicita-citakan, bahkan dapat merusak dan
membahayakan harakah Islamiyah.
Harus difahami bahwa kekuatan yang
pertama ialah kekuatan aqidah dan keteguhan iman, diiringi dengan kekuatan
persatuan dan perpaduan, dan akhirnya kekuatan tangan dan senjata, itupun jika
sudah tidak ada jalan dan pilihan lain.
5. Antara Politik
dan Pendidikan
Memandang enteng dan ringan
terhadap tarbiyah (pendidikan)
pembentukkan dan perlunya beriltizam dengan ajaran Islam dalam membentuk dasar
dan asas yang teguh. Kemudian dengan tergesa-gesa kita mempergunakan cara dan
uslub politik menurut sikap dan cara partai-partai politik. Kita akan mudah
terperdaya dengan kuantitas anggota yang diambil dan dianggap menguntungkan
tanpa mewujudkan iltizam tarbiyah.
Sebenarnya umat Islam tidak
kekurangan kuantitas tetapi telah kehilangan kualitas. Kita kehilangan bentuk
dan keteladanan manusia muslim yang kuat imannya, yang membulatkan dirinya
untuk dakwah, yang rela berkorban pada jalan dakwah dan jihad fi sabilillah, dan yang senantiasa istiqomah sampai akhir
hayatnya.
6.
Antara Dakwah dan Pribadi Manusia
Juru dakwah adalah manusia yang
kadangkala benar dan kadangkala salah dan kadangkala berbeda pendapat.
Perbedaan pendapat dalam suatu maslaah tidak berbahaya selama didasari oleh
rasa cinta dan kasih sayang. Tetapi jika ditonjolkan oleh orang-orang tertentu
yang mempunyai kepentingan, lalu dikobarkan di dalam suansana marah karena
membela diri, ditambah lagi merasa mulia dalam melakukan dosa dan berpura-pura
serta menjilat terhadap orang-orang tertentu dengan mengatasnamakan dakwah.
Maka disinilah syaitan masuk menginterfensi dan turut campur dalam melahirkan perdebatan.
Akhirnya segala usaha menjadi
hancur berantakan, waktu dihabiskan oleh perpecahan, kemudian berusaha membuat
perdamaian. Jika hal seperti ini terjadi dan berulang kali, maka yang akan
menjadi korban adalah dakwah dan kepentingannya. Padahal seharusnya usah
pembinaan perlu difokuskan kepada generasi yang sedang tumbuh dan mekar dan
mendidik serta mempersiapkan mereka dengan sebaik-baiknya.
Wallahu‘alam
5 comments:
jual bukunya?
Buku ini sangat di rekomendasikan untuk para aktivis dakwah, buku nya bisa di order di http://www.tokobukuikhwan.com.
Syukron... :)
Izin copy...
Jazakillah
Waiyyaqi, silahkan
izin copas ya,,, jazakillah sangat membantu memahami
Post a Comment