Remaja SMA, mereka adalah jiwa
yang suka berkumpul dan mengaktualisasikan diri. Tempat yang tepat untuk
mengaktualisasikan dirinya tersebut ialah dengan berkumpul pada suatu
komunitas, sehingga tiap kelompok atau sering disebut genk yang mereka ikuti
merupakan perwujudan dari jenis pengaktualisasikan diri, apakah itu sebagai
bikers kah, gaul kah, rombongan anak kaya n keren kah, dll. Usia mereka
memasuki tahap labeling/membentuk identitas untuk dikenal sebagai pribadi apa.
Hal ini tergantung dengan mind set yang tertanam dalam pikiran masing-masing.
Mind set ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan informasi yang mereka tangkap
dari mana pun, biasanya lingkungan sangat mempengaruhi, kemudian juga media
dan informasi ikut menyumbang banyak
terhadap pembentukan mind set para remaja SMA.
Mind set dipengaruhi oleh
lingkungan yang pertama kali ialah lingkungan keluarga, norma-norma serta
kebiasaan yang melekat pada keluarga akan menjadi ciri khas pada seseorang
dikenal sebagai pribadi apakah, karena mereka mendapat didikan pertama dari
keluarga dan pembiasaan yang dalam dan kuat pada pembentukan akhlaknya. Hal ini
akan menjadi cerita lain jika remaja SMA ini terlantar sejak kecil, maksudnya
ialah orang tua yang terlalu sibuk bekerja atau kurang memperhatikan anaknya,
sehingga penerapan, pendidikan, serta pembiasaan tak terlalu erat mengikat pada
sanubari (alam bawah sadar) mereka.
Sejak memasuki usia sekolah,
kepribadian anak mulai dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, terutama
teman-temannya. Disarankan bagi para orang tua untuk sejak usia sekolah, anak
ditempatkan di sekolah yang ‘aman’ dan terbaik, baik segi prestasi juga
pembentukan akhlaknya. Hal ini sebagai tindakkan pencegah bagi anak untuk dapat
memilih berteman dengan nilai-nilai kebaikan, sehingga dikemudian hari jika ia
dihadapkan pada pilihan hidup yang menggelisahkan, anak dapat dengan bijak
memilih nilai-nilai kebaikan, dan menghindari keburukan.
Media dan informasi menjadi sarana
efektif untuk mengetahui dunia serta menyumbang besar dalam pembentukan
pribadi. Kenapa? Hal ini berkaitan dengan role mode, serta idola dan gaya hidup
yang banyak tampil menghiasi media informasi sehingga secara bertahap namun
pasti akan mempengaruhi pribadi serta mempengaruhi gaya hidupnya sebagai akibat
dari mencontoh. Karena setiap pribadi ingin populer/terkenal dan dikenal.
Bahayanya media dan informasi terutama TV yang banyak menampilkan
film-film/sinetron materialisme dan hedonisme, dianggap sebagai perwakilan
kebanyakan masyarakat seharusnya seseorang dikenal demikian. Dengan demikian
tidak heran remaja SMA yang notabenenya sedang mencari jati diri untuk dikenal
sebaik dan seindah tokoh idolanya akan menirukan penampilan dan tingkah laku
semirip mungkin dengan idolanya, yang menyedihkan jika mereka memilih idola
yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Ada berbagai macam komunitas
remaja SMA diantaranya mereka yang berorganisasi sekolah, kumpulan sosialita
non organisasi, serta komunitas hobi yang melembaga. Yang mengkhawatirkan ialah
remaja SMA kumpulan sosialita non organisasi. Mereka ini adalah sekumpulan
remaja SMA yang dikenal sebagai kelompok kelas sosial misalnya kelas sosial
kaya/keren/nakal/dll. Mengapa mengkhawatirkan yang demikian? Karena mereka ini
berkumpul tanpa arah prestasi yang jelas dibandingkan kumpulan remaja SMA
berorganisasi sekola atau komunitas hobi yang melembaga. Sehingga remaja SMA
kumpulan sosialita non organisasi ini memiliki kecendrungan diskusi yang minim
manfaat dan aksi yang positif.
Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap remaja SMA kumpulan sosialita non organisasi, dari tahun ke tahun,
setelah pulang sekolah beberapa kelompok remaja SMA ini akan berkumpul dengan
komunitasnya masing-masing dan mempunyai sekret (tempat tongkrongan). Biasanya
sekret mereka itu warung-warung yang tak jauh dari sekolahnya, mereka
menjadikan tempat itu untuk sharing, ngobrol santai mengenai kejadian sekolah
yang hari itu mereka rasakan serta membuat janji-janji pertemuan, cukup 1-2 jam
berkumpul untuk memenuhi kebutuhan mereka sebagai makhluk sosial.
Sebenarnya mereka ini memiliki
peluang besar menjadi pribadi yang bermanfaat, hanya saja mereka belum memiliki
kesadaran atau sedang mencari letak kemampuan pribadi agar dapat bermanfaat dan
berprestasi serta menjadi kebanggaan.