Thursday, 14 November 2013

Tentang Remaja SMA




Remaja SMA, mereka adalah jiwa yang suka berkumpul dan mengaktualisasikan diri. Tempat yang tepat untuk mengaktualisasikan dirinya tersebut ialah dengan berkumpul pada suatu komunitas, sehingga tiap kelompok atau sering disebut genk yang mereka ikuti merupakan perwujudan dari jenis pengaktualisasikan diri, apakah itu sebagai bikers kah, gaul kah, rombongan anak kaya n keren kah, dll. Usia mereka memasuki tahap labeling/membentuk identitas untuk dikenal sebagai pribadi apa. Hal ini tergantung dengan mind set yang tertanam dalam pikiran masing-masing. Mind set ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan informasi yang mereka tangkap dari mana pun, biasanya lingkungan sangat mempengaruhi, kemudian juga media dan  informasi ikut menyumbang banyak terhadap pembentukan mind set para remaja SMA.
Mind set dipengaruhi oleh lingkungan yang pertama kali ialah lingkungan keluarga, norma-norma serta kebiasaan yang melekat pada keluarga akan menjadi ciri khas pada seseorang dikenal sebagai pribadi apakah, karena mereka mendapat didikan pertama dari keluarga dan pembiasaan yang dalam dan kuat pada pembentukan akhlaknya. Hal ini akan menjadi cerita lain jika remaja SMA ini terlantar sejak kecil, maksudnya ialah orang tua yang terlalu sibuk bekerja atau kurang memperhatikan anaknya, sehingga penerapan, pendidikan, serta pembiasaan tak terlalu erat mengikat pada sanubari (alam bawah sadar) mereka.
Sejak memasuki usia sekolah, kepribadian anak mulai dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, terutama teman-temannya. Disarankan bagi para orang tua untuk sejak usia sekolah, anak ditempatkan di sekolah yang ‘aman’ dan terbaik, baik segi prestasi juga pembentukan akhlaknya. Hal ini sebagai tindakkan pencegah bagi anak untuk dapat memilih berteman dengan nilai-nilai kebaikan, sehingga dikemudian hari jika ia dihadapkan pada pilihan hidup yang menggelisahkan, anak dapat dengan bijak memilih nilai-nilai kebaikan, dan menghindari keburukan.
Media dan informasi menjadi sarana efektif untuk mengetahui dunia serta menyumbang besar dalam pembentukan pribadi. Kenapa? Hal ini berkaitan dengan role mode, serta idola dan gaya hidup yang banyak tampil menghiasi media informasi sehingga secara bertahap namun pasti akan mempengaruhi pribadi serta mempengaruhi gaya hidupnya sebagai akibat dari mencontoh. Karena setiap pribadi ingin populer/terkenal dan dikenal. Bahayanya media dan informasi terutama TV yang banyak menampilkan film-film/sinetron materialisme dan hedonisme, dianggap sebagai perwakilan kebanyakan masyarakat seharusnya seseorang dikenal demikian. Dengan demikian tidak heran remaja SMA yang notabenenya sedang mencari jati diri untuk dikenal sebaik dan seindah tokoh idolanya akan menirukan penampilan dan tingkah laku semirip mungkin dengan idolanya, yang menyedihkan jika mereka memilih idola yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Ada berbagai macam komunitas remaja SMA diantaranya mereka yang berorganisasi sekolah, kumpulan sosialita non organisasi, serta komunitas hobi yang melembaga. Yang mengkhawatirkan ialah remaja SMA kumpulan sosialita non organisasi. Mereka ini adalah sekumpulan remaja SMA yang dikenal sebagai kelompok kelas sosial misalnya kelas sosial kaya/keren/nakal/dll. Mengapa mengkhawatirkan yang demikian? Karena mereka ini berkumpul tanpa arah prestasi yang jelas dibandingkan kumpulan remaja SMA berorganisasi sekola atau komunitas hobi yang melembaga. Sehingga remaja SMA kumpulan sosialita non organisasi ini memiliki kecendrungan diskusi yang minim manfaat dan aksi yang positif.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap remaja SMA kumpulan sosialita non organisasi, dari tahun ke tahun, setelah pulang sekolah beberapa kelompok remaja SMA ini akan berkumpul dengan komunitasnya masing-masing dan mempunyai sekret (tempat tongkrongan). Biasanya sekret mereka itu warung-warung yang tak jauh dari sekolahnya, mereka menjadikan tempat itu untuk sharing, ngobrol santai mengenai kejadian sekolah yang hari itu mereka rasakan serta membuat janji-janji pertemuan, cukup 1-2 jam berkumpul untuk memenuhi kebutuhan mereka sebagai makhluk sosial.
Sebenarnya mereka ini memiliki peluang besar menjadi pribadi yang bermanfaat, hanya saja mereka belum memiliki kesadaran atau sedang mencari letak kemampuan pribadi agar dapat bermanfaat dan berprestasi serta menjadi kebanggaan.

0 comments:

Post a Comment

 
;