Sunday, 15 November 2015

Hidup yang Serba Cukup Dapat Menyelamatkan Jiwa.


Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat. 
(HR. Ath-Thabrani dan Asysyihaab)
Setelah anak-anaknya menjadi sarjana, tentunya para orang tua meginginkan anak-anaknya mendapatkan perkerjaan yang mapan dan mulia menurut standar umumnya yang ada dibenak masyarakat. Ternyata perjuangan berkali-kali lipat di jalankan setelah pasca kampus. Anak-anak sarjana lulusan perguruan tinggi harus menghadapi kenyataan yang tak selalu indah dengan mimpi tadi malam yang dibangun. Memang pekerjaan seorang anak akan berdampak pada posisi derajat kemuliaan orang tuanya dimata masyarakat.
Tuntutan status sosial di masyarakat dan keperihatinan yang muncul dari orang tua terhadap pekerjaan yang dijalankan sang anak yang dirasa belum cukup memuaskan berdasarkan pemikiran ideal orang tua, hal ini menjadi diantaranya penyebab menculkan banyak kasus KKN dan penipuan.


Dengan beberapa faktor yang demikian, maka akan ada kejadian yang demikian. ada saja orang yang rela menempuh jalan pintas, menyuap atau sogokan dengan sejumlah fantastis tidak kurang dari minimal Rp. 80 juta rupiah. Hal itu menjadi barang halal demi mendapatkan pekerjaan impian namun berakhir pupus. Uang yang disetorkan mennghilang bersama sang penipu, pekerjaan impian tinggal impian karena hanya menngandalkan cara itu saja, parahnya uang yang disetor tadi adalah harta terakhir atau hasil hutang. Jika korban tidak bisa move on, maka akan muncul kejahatan lainnya yang timbul atau berakhir dengan bunuh diri.
 
Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran. (HR. Ath-Thabrani)

Syaikh al-Qari berkata tentang hadits ini, “Hadits ini sangat lemah, kalaupun dianggap shahih, maka maknanya dibawa kepada arti miskin hati (hati yang tidak qana’ah yaitu tidak puas dengan pemberian Allâh Azza wa Jalla ). Hati yang ini akan melahirkan sifat berkeluh kesah dan takut (miskin). Ini juga menimbulkan sifat tidak ridha dengan ketentuan takdir Allâh dan menolak pembagian (rezki dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala) Yang maha menguasai langit dan bumi. Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya kemewahan dunia (harta), akan tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati).”


Jika saja mau ambil resiko
jika saja memiliki uang sejumlah itu
jika saja mereka tahu mengenai perdagangan
tentu akan lebih bijak uang yang demikian digunakan sebagi modal usaha

Wallahu'alam

0 comments:

Post a Comment

 
;