Saturday, 29 January 2011

IT’s about Us: Air Untuk Masa Depan


Seperti yang kita ketahui bahwa tujuh puluh persen terdiri atas air, dari jumlah tersebut air yang layak minum hanya satu persen saja. Meski demikian, itu sudah cukup memenuhi seluruh kebutuhan makhluk hidup di bumu. Sayangnya seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan pemenuhan sarana dan prasarana hidup, semakin banyak sumber air yang tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik itu limbah dari kegiatan rumahtangga, industry, transportasi, dan lain-lainnya.

Bagaiman dengan air tanah? Berbagai penelitian tentang kualitas air tanah di kota-kota padat penduduknya seperti Palembang umumnya menemukan air sudah tidak layak minum, meski masih layak pakai. Kebocoran tangki septik merupakan foktor utama yang menyebabkan tinggi tingkat pencemaran bakteri coliform ()Ecoli penyebab diare terhadap air tanah. Selain itu, unsur logam yang berasal dari tanah sendiri, pupuk kimia, sisa bahan bakar, dan sebagainya yang dibawa oleh air hujan lalu disserap ke dalam tanah diduga ikut mencemari air. Penggunaan sumur pompa juga dapat menambah atau mempercepat naiknya unsure logam ke pemurkaan.

Bahayanya, perusahaan air minum (PAM) seharusnya dapat menjadi alternative, ternyata tidak luput juga dari pencemaraan. Dua puluh persen air PAM mengandung coli. Kaporit (chlor) yang digunakan membasmi bakteri pantogen, saat perjalanan air dari tempat pengolahan sampai ke rumah tangga, ternyata habis dalam perjalanan (seharusnya saat air PAM sampai di rumah tangga masih terdapat kaporit 0,25 miligram/liter air). Ini bisa terjadi karena kondisi pipa PAM yang kurang terawatt dan tekanan airnya negative, sehingga air dari luar pipa masuk ke dalam pipa. Akibatnya mikroba dan lumpur pun ikut masuk, terakumulasi, dan mencemari air.

Berbagai kondisi tad , pada akhirnya menjadi salah satu alasan mengapa air minup dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut bersumber dari air pegunungan banyak dikonsumsi masyarakat semakin senang karena muncul kemudian air minum isi ulang (AMIU) yang harganya bisa seepertiga AMDK. Sayangnya, kesenangan tersebut tidak berlangsung lama pada tahun 2003, sebuah studi yang dilakukan oleh tim laboratorium teknologi dan manajemen lingkungan IPB terhadap kualitas AIMU menemukan bahwa dari 120 contoh air yang diambil dari 10 kota (Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan denpasar) menunjukkan adanya cemaran coliform atau cemaran tinja pada contoh yang diuji sebesar16%.

Berdasarkan peryataa tadi dapat disimpulkan bahwa air yang dirasa amamn bagi kita untuk dikonsumsi ternyata tidak memenuhi syarat-syarat air yang layak dikonsumsi baik syarat fisik, kimiawi, bahkan bakteriologis. Untuk itu kita harus berhati-hati pada segala kemmungkinan yang dapat merugikan kita sendiri.

Adapun solusi yang dapat dilakukan yaitu marebus air sampai 100 derajat celcius sebelum dikonsumsi. Tetapi, jika diketahuijika air minum mengandung logam, dianjurkan bahwa menggunakan penyaring air yang berukuran 1/10 ribu micron yang kini banyak tersedia di pasaran. Bagi pelanggan AMIU pastikanlah depot yang biasa anda gunakan, betul-betul memperhatikan kepentingan kesehatan konsumennya. Bagi pengguna dispenser, dianjurkan untuk membersihkan bagian dalamnya secara rutin, terakhir bersikap ramahlah terhadap lingkungan.

0 comments:

Post a Comment

 
;